Halaman

Kamis, 19 Desember 2013

Aku...

aku rapuh
aku lemah
aku cengeng
aku manja
aku pemarah
aku tidak sempurna...

katamu aku kuat
katamu aku hebat
katamu aku tidak cengeng
katamu aku mandiri
katamu aku penyabar
katamu aku sempurna.. 

Sabtu, 16 November 2013

Dalam Diam Aku Menanti

Dalam diam aku menanti, menanti pesan singkatmu yang sekedar menyapa, menanti suaramu yang di ujung telponku. Aku masih sangat tau cara berbicaramu yang cadel itu, khasmu. Menantimu di serambi rumahku hingga aku ngantuk dan bahkan nyaris tertidur di sana, kemudia kau datang dengan tenang, membangunkan dan menyuguhiku es buah kesukaanku. Aku menanti semuanya.

Aku tau aku sedikit diabaikan sekarang. Tidak, tidak sedikit tapi perasaanku bilang aku sangat di abaikan sekarang. Setiap waktu jika aku mendengar suara mesin motor yang halus, aku selalu mengira itu kau, tapi nyatanya bukan.

Aku masih menanti dalam diam, bersembunyi di balik malam mengawasi setiap orang-orang yang lalu lalang di jalanan, berharap salah satu dari mereka adalah kau. Aku tau aku bodoh, terlalu membiasakan diri bersamamu, seharusnya tidak seperti itu kan? Tapi aku tidak bisa, waktu yang memaksaku bertumpu padamu, sekuat apapun aku melawan pada akhirnya aku yang akan kalah.


Sabtu, 02 November 2013

Agricultural Product Technology

hari jum'at kemarin sebelum ujian matakuliah Biokimia kita sempetin foto bareng sama pak Prof.Dr.Ir,Krishna P Candra. ah ini moment langka banget, yah walaupun habis kita senang di foto gini begitu masuk ke ruangan kita semua di bombardir sama soal-soalnya yang hmm kalau kata mereka yang tidak belajar itu susah. padahal menurut saya soalnya juga susah sih, kalau tau jawabannya berarti gampang dong hihihi. padahal malam sebelum ujian kita semua belajar, diskusi via grup facebook yang di buat oleh pak Prof ini, isi dari grup ini resume kuliah, dan materi untuk ujiannya ada semua di resume tersebut. dan entah kenapa saya benar-benar tersugesti untuk belajar serius banget dan walaupun pada saat ujian ya ada sih soal yang ga bisa di jawab. tapi gak apa-apa sih, hasilnya tinggal di serahin ke Tuhan aja kan :)
oh iya ini ada beberapa foto kami sama Pak Prof :) 



Selasa, 29 Oktober 2013

Keramat Rindu


Menjadi biasa, itu luar biasa. Aku terbiasa bersamamu lalu tidak, itu sungguh menyiksa. Tak mampu ku tepikan. Nyatanya, rumah hatimu adalah tumpah rinduku. Berkemah merangsek sumsum, mengibarkan bendera kegelisahan yang membuktikan luka, juga bahagia.
Jika boleh memilih, aku membutuhkan rindu sebagai kata keramat yang ingin ku dengar dari bibirmu, setiap hari. seperti berpuluh malam yang kita hias dengan warna pelangi .. 

Rabu, 28 Agustus 2013

Seperti harapan itu dulunya tidak ada


Haruskah kita menyalahkan nurani kita yang telah menghempaskan nafas kegelisahan untuk setiap ketidak 
acuhan yang telah terpendam sekian lama?

Nurani adalah diri kita. Kita tidak dapat berdusta dan membohongi diri sendiri. biarkan ia mengalir dan mengalir, berkelok dan menyimpan keteduhannya. Keteduhan yang melelapkan, sampai ia tiada.

Mungkin lebih baik dengan melenyapkannya. Saling membenci dengan mengingkari nurani kita. Apakah aku terlambat? Ini memang tampak lebih baik. Kita mengakhirinya. Biarlah ia hilang dalam kesenyapan masa dengan sendirinya. 
Seperti harapan itu dulunya tidak ada!

Rabu, 21 Agustus 2013

Berjuta Rasanya - Tere Liye

Kakek, apakah cinta itu memberi, seperti yang selalu Kakek lakukan saat memberi makan ayam - ayam?"

"Tidak. Karena kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.

Kakek, apakah cinta itu seperti musik?"

"Ya. Ia seperti musik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu menari meskipun musiknya telah lama berhenti.

Kakek, dari kota manakah cinta datang?"

"Tidak ada yang tahu, Sayang. Cinta sejati datang begitu saja, tanpa satu alasan apapun yang jelas!

Kakek apakah cinta sesejuk air sungai ini?"

"Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan, dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti. Semakin lama semakin besar karena semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya."

"Kalau begitu ujung sungai ini pasti ujung cinta itu?"

"Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan.

..Kakeknya berbohong. Cinta tidak seperti air sungai, sejuk, dan menyenangkan. Baginya, sekarang cinta lebih sepert moncong meriam. Sesaat lalu melontarkannya tinggi sekali hingga ke atas awan, tetapi sekejap kemudian menghujamkannya dalam - dalam ke perut bumi.

Selasa, 13 Agustus 2013

Untuk Ria Marhayati

Untukmu sahabat kecilku, saudaraku dan juga tetanggaku. Ria Marhayati

Aku tahu mungkin kamu nggak tahu kalau aku punya blog. Tempat aku nulis semua yg ada di hatiku, lama aku menulis tapi baru kali ini aku tuang tentang kamu.
Rumah kita hanya beberapa meter hampir menyatu tapi masih ada ruang yang agak luar di  ujung dapur kita.
Masih ingat dengan jelas waktu kita masih sama-sama balita, TK,SD, SMP. Kita hanya berdua. Main berdua, makan berdua, turun sekolah berdua, jalan berdua.
Jarak di antara kita mulai tercipta saat kita pisah SMA. Aku milih masuk SMA Negeri dan kamu memilih masuk sekolah kejuruan.

Disini kamu mulai mengenal dunia luar. Intensitas main kita semakin berkurang sedikit demi sedikit dan akhirnya dalam 1 tahun pun bisa di hitung berapa kali kita bertemu. Hanya sekedar menyapa, say hello lalu semua berlalu. Seperti baru kenal dan baru bertemu. Canggung
Aku bahkan melihatmu seperti orang asing bagiku, semua berubah semakin asing.
Tidak ada lagi ketawa terbahak-bahak hingga seluruh RT mendengar, tidak ada lagi curhatan tentang blahblahblah yang tidak penting tapi bagi kita itu penting. Tidak ada lagi belajar bareng. Tidak ada lagi smsan dengan cowok yang sama. Tidak ada lagi menguntit anak sekolah sebelah bersama. Tidak ada lagi belanja bersama. Tidak ada lagi pulang bimbel bersama dimana kamu rela nunggu 2 jam demi nunggu aku yang masih ada jam bimbel padahal kamu sudah selesai. Tidak ada lagi tetek bengek ini itu yang melibatkan kita berdua.

Bahkan saat suatu kecelakaan yang membuat gips tertanam rapih di tanganmu aku masih merasa asing. Merasa asing di depanmu. Kamu masih sahabat kecilku kan?
Aku akui aku seperti merasa perlahan tersingkir dengan ratusan bahkan ribuan teman-temanmu di luar sana. Dan aku masih sama. Anak rumahan yang nggak boleh keluar malam.
We had 1000 memories ya’. Bahkan lebih
Aku harap kita bisa main bareng lagi walaupun nggak se intens dulu


 ***
Hei bocah berkepang dua. Aku rindu kamu
Bertemu seperti baru kenal. padahal disini, di hati ini ada rindu yang benar-benar dalam.
Bolehkah aku memaki waktu?
Waktu saat kita mulai terpisah.
Atau memaki orang-orang yang merebutmu dariku?
Orang-orang yang membuat aku mulai tersingkir bahkan hilang dari pandanganmu.
Membuat aku seperti bayangan hitam yang tidak perlu di cari.
Aku berusaha mencari penggantimu, tapi hati ini menolaknya.

Hingga aku terbiasa memendam. Berteman dengan sepi juga malam. 

Minggu, 11 Agustus 2013

aku merindumu



Kau selalu mengajariku merindu.
Merindumu seperti pungguk.
Kedinginan dalam malam menunggumu seorang diri.
Aku tidak seperti perindu yang lain.
Aku hanya merindumu sendiri, kamu bahkan berhasil menyumbat setiap celah hati agar aku tidak merindukan yang lain. Hanya kamu.
Disini aku masih setia, merindumu bersama bulir-bulir bening yang mengalir dari mataku.
Mengais semua kenangan yang masih kuat di memoriku.
Aku telah lama berteman dengan tangis dan sepi. Terbiasa.
Pergimu bahkan membuat aku semakin akrab dengan tangis dan juga sepi.
Tidak tahu kapan akan berakhir.

Aku masih disetia, merindumu seoarng diri…

Minggu, 28 Juli 2013

Sebuah Surat Dari Masa Depan

Aku hidup di tahun 2070. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun.
Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih.Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi.

Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku,, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya.

Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang di basahi dengan minyak mineral. Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan,, sekarang kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.

Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: “JANGAN MEMBUANG BUANG AIR” tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas.

Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik.

Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari.

Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air. Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun.

Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang. Morphology manusia mengalami perubahan… yang menghasilkan/melahirkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.

Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31.102 galon] Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang tersedia di dalam “kawasan ventilasi” tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun. Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata. Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.Tidak dikenal lagi adanya musim.

Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu. Dia bertanya: – Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ? Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. .. Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian… dan banyak orang lain juga !.

Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir. Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi… Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini !


Jumat, 26 Juli 2013

Pangeran

Kamu datang membawa banyak harapan, membawa banyak janji lewat bisikan. Kau hangatkan hatiku dengan yang kau sebut cinta. Ya mungkin kau dan mereka menyebutnya cinta. Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang cinta. Jatuh cintapun aku belum berani.
Lalu sosokmu masuk kedalam hidupku, tanpa permisi atau meminta izin terlebih dahulu. Memberi warna-warni dalam hidup. Semua kulalui tanpa pernah tau apa akhir dari cerita ini.

***

Namaku Adelia , kalian bisa panggil aku Adel. Aku bukan perempuan dengan gaya hidup glamour yang setiap jengkal di tubuhku di penuhi barag-barang bermerek mahal seperti Gucci, Furla atau apapun itu. Aku hanya perempuan biasa yang bahkan  tidak menarik dari segi fisik maupun wajah. Hanya satu yang selalu di banggakan oleh orangtuaku terhadapku. Kemampuan beladiriku dan kemandirianku.

Ya, olahraga beladiri yang aku sukai sejak aku duduk di bangku SMP dan olahraga ini yang mempertemukan aku dengan sesosok pangeran yang dulu aku impikan.
percayalah semua semakin terasa salah setelah kita saling mengenal, oh bukan lebih tepatnya semenjak aku mengenalmu. Entahlah sebenarnya aku tidak pernah merencanakan semua ini, tapi semuanya berjalan begitu seimbang tanpa sebuah rencana. Mungkinkah ini bagian dari takdir? Aku tidak tahu, dan tidak menginginkan untuk tahu.

Semua berawal dari sini, beberapa tahun yang lalu saat aku berniat melupakan kata cinta yang kata orang itu adalah kata tersakral di seluruh jagat semesta ini, pangeran itu datang. Dan aku bahkan belum mengerti benar apa arti kata itu. “aku menyukaimu, maukah kau jadi pacarku?” kata itu, ya kata itu yang nyaris membuat duniaku semakin terbalik, seorang pangeran yang aku kagumi datang menyatakan perasaannya kepadaku, tanpa rasa malu dan ah, aku tidak bisa membayangkannya lagi. Dan aku lantas menerimanya begitu saja.
Banyak janji yang di ungkapkan bahkan membuat kepalaku penuh dan tidak bisa mengingat dengan jelas janji itu. Satu yang ku ingat, sebuah kata yang sakral diantara kita, kata yang selalu kau ungkapkan setiap kita akan berpisah di ujung senja itu “jaga mata, jaga hati ya”. Ya kata itu yang selalu melekat dengan erat di kepalaku, bukan, bukan hanya di kepala melainkan di hati, jantung dan seluruh nafasku. “ya, aku kan selalu menjaganya untukmu”.

Apa kau juga mengingat kata ini? Kata yang selalu kita ucapkan saat kita akan berpisah, pulang ke peraduan masing-masing. Ah, aku selalu mengingatnya, bahkan saat kita harus melalui masa-masa long distance.
Aku mempercayaimu melebihi apapun, jangan tanya mengapa. Hanya ada satu jawabannya “karna, aku mencintaimu, sepenuh hatiku. Dan aku percaya itu”
Bodohkah aku, mempercayai pangeran itu? Pangeran yang selalu aku impikan sejak dulu. Lalu kau sendiri yang merusaknya, merusaknya dengan sosok masa lalu yang diam-diam kau selipkan di antara kita. Aku kagum saat kau benara-benar menutup rapat rahasia itu dariku, kau menikmatinya sendiri. di kota tempat kau melanjutkan kuliahmu.

Lalu, apa aku masih bisa menyayangimu, mencintaimu bahkan memperayaimu?
Mungkin ini cobaan terberat selama beberapa tahun kita bersama. Aku yang salah aku yang terlalu membesarkan egoku.
Lalu mengapa kau tidak bisa bersabar sedikit, menugguku beberapa bulan lalu kita akan kembali menatap senja bersama.
Ah, kau memang tidak bersabar, lalu dengan terburu-burunya kau meneriakkan kata di depanku “aku menyukainya! Ya aku menyukai tentangnya! Dan aku mau hubungan kita sampai disini saja”
Lantas, aku bisa apa? Kau menyukainya, menyukai masa lalumu. siapa yang bodoh, akukah atau kau?.
“jaga mata, jaga hati ya” kata ini kembali merasuk setiap tulang rusukku saat itu. Ah,  Ternyata aku menjaganya sendiri. kau tidak menjaga hatimu, kau membiarkannya melalang buana bersama sosok masa lalumu itu.
Apakah aku juga punya masalalu? Siapa masalaluku? aku mengingat beberapa sosok yang juga pernah mengisi masalaluku dan aku tidak pernah memikirikannya, lalu kenapa kau memikirkannya dan bahkan menyukainya?
“karna kamu egois Del, karna kamu nggak mau di kasih tau, karna sikapmu yang keras Del, semua karna kamu Adelia, karna kamu !!”
Aku membeku, air mata ini sudah seperti jutaan kerikil yang mengalir keluar dari mataku. Perih.
Ya, kata itu yang dia bentakkan kepadaku di tengah ke terpurukanku saat itu. Ia bukan lagi seperti sosok pangeran yang aku impikan dulu, tetapi lebih mirip seperti Banteng yang siap menerjang apapun di depannya. Aku membeku, menunduk meratapi kisahku sendiri.
Mungkin ini akhirnya, bahkan lebih buruk dari cerita Little Mermaid.
Aku sekarang belajar hidup tanpamu, belajar untuk tidak selalu bergantung apapun denganmu, ah ya selamat datang masalalu yang terselip di antara kami. Selamat membela diri, aku mungkin menyalahkan kemurahan dirimu, tapi kau bisa menyalahkanku, menyalahkan keegoisanku yang nggak pernah aku runtuhkan selama beberapa lama  aku menjalin hubungan dengan teman kecilmu itu.
Aku menciut, saat aku melihatnya. Oh wajar saja jika pangeranku menyukaimu, kau cantik masalalu, kau dewasa, kau bahkan mengerti apapun. Tidak sepertiku, yang jelas sudah aku egois, seperti anak-anak, dan kadang memaksa setiap kehendakku sendiri.
Baik, sesuai kemauanmu pangeran  aku berkaca, berkaca dengan sikapku selama ini. Tapi tidak adilkan kalau kau tidak berkaca, atau kau juga akan memelihara egomu? Apa kau siap tergantikan dengan sosok yang selalu memberikanku sebatang coklat, sosok yang jauh lebih dewasa darimu? Sosok yang siap aku jadikan sandaran saat aku terpuruk seperti ini?
Pangeran, apakah kau tidak ingin tau kapan dan darimana sosok ini muncul?
Dia bukan masalaluku pangeran, dia sosok yang selalu mengawasi setiap detik nafasku, dia melindungi secara tidak langsung, dia tau semua beban berat yang ada di pundakku, ya beban berat yang setiap hari kau tumpuk di atas pundakku bersama sosok masalalumu itu pangeran.
Tidak, dia bukan pangeranku, pangeranku itu hanya kamu. Miris sekali bukan, saat kau menghujam hatiku seperti ini, aku masih saja menganggapmu pangeranku.
Sosok ini yang mengajariku menjadi seorang perempuan yang kuat, sosok ini yang mengajariku bagaimana caranya menyusun kembali kepingan-kepingan puzzle kepercayaan yang kau hancurkan sendiri. sosok ini pula yang mengajariku bagaimana memaafkanmu.
Aku banyak menghabiskan waktu dengannya, aku mulai menyukai caranya, caranya memperlakukanku. Caranya mengerti isi hatiku, ah semuanya. Dia seperti bisa melihat apapun yang ada di hatiku secara transparan. Sosok laki laki ini memang tidak lebih baik darimu pangeran. Dan aku, aku berusaha keras menampik perasaan sukaku terhadapnya. Aku tau ini adalah ajang pelarianku saja, ajang penghilang streesku atas semua beban yang kau tumpuk di pundakku pangeran. Dan laki-laki ini dengan sabarnya mengambil semua bebanku satu persatu lalu mebakanya hingga menjadi abu.
“aku juga punya cerita sama sepertimu Del, cerita ini yang membuatku seperti sekarang ini, trauma menjalin hubungan dengan wanita manapun”
“hah, trauma menjalin hubungan ya, apa nantinya aku akan sepertimu, mengalami trauma yang persis denganmu?”
“nggak Del, selama kau percaya bahwa pangeranmu itu mencintaimu”
“apa aku masih bisa percaya dengannya? Aku bahkan nyaris mati rasa”
Mataku mulai basah saat kalimat yang selama ini aku tahan akhirnya keluar. Mati rasa.
“apa kau masih mau menyusun kepercayaan itu? Aku tau ini sulit, tapi aku lihat binar matamu itu aku yakin kau mampu Adelia”.
“aku mampu? Apa kau buta, untuk bernafas saja rasanya aku sudah tidak merasaknnya lagi”
Emosiku naik seketika, membentaknya. Ya aku membentak sosok penyabar yang ada di depanku. Tapi laki-laki ini hanya tersenyum.
“Kau tau, ini lah yang pangeranmu itu tidak suka dari kamu. Kelabilanmu, kekanak-kanakanmu, kemarahanmu. Semua laki-laki tidak menyukai sikap yang seperti Del”
Aku terdiam, menunduk karna malu dengan apa yang baru saja aku lontarkan di depannya. Ku serapi setiap kalimat-kalimatnya.
“Lalu aku harus bagaimana? Sulit untuk merubahnya. Tidak ada yang membantuku, bahkan pangeranku saja nggak mau membantuku”
Aku terisak, isakanku kali ini agak nyaring. Inilah yang harusnya aku keluarkan sejak tadi, isakan yang sedikit membuatku lega. Walaupun aku tau laki-laki yang di sampingku kini bukan pangeranku, melainkan sosok dewasa dan penyabar ini.
“Aku akan membantumu Del, tapi kau harus punya tekad untuk merubahnya, memperbaikinya dari awal. Apa kau sanggup?”
Aku mengangguk pelan, masih dengan muka tetutup tangan.
Apakah laki-laki ini akan menjadi penggantimu pangeran? Aku merasa nyaman di sampingnya, aku bahkan bisa melupakanmu sejenak saat berada di sampingnya. Seandainya saja kau sepertinya. Ah khayalanku terlalu tinggi rupanya karna realitanya kau adalah pangeran yang berhasil menghancurkan semua puzzle yang aku susun sendiri.
Aku tidak lagi berusaha menampik perasaanku terhadapnya. Biarkan mengalir. Aku menikmatinya.
Apa aku benar-benar menyukainya? Apa aku bisa menyebut bahwa kau jatuh cinta kepadanya?
Setiap batang cokelat yang dia berikan semakin membuatku tidak meengerti, lalu pangeran kau sedang apa? Ah, mungkin saja kau sibuk memupuk rasa sukamu agar nanti menjadi sayang yang tidak terhingga pada perempuan murahan di masalalumu itu. Oh menebus kesalahan, saat kau meninggalkannya sendiri ke kota kembang ini saat kau masih duduk di bangku kelas tiga SD rupanya. Aku mencacimu dalam hati.
Ah, percuma saja toh kau tidak akan mendengarnya kan. Hah lebih baik seperti ini.
Aku meraih ponselku saat aku tau ada pesan singkat yang masuk
“Adel, maafkan aku”
Kembali aku di hujani dengan beribu ribu pesan darimu, isinya selalu sama. Format tulisannya juga sama persis.
Apa kau telah menyiapkan sms ini lalu menyimpannya di draft sentmu agar setiap detik, menit, jam bahkan hari kau bebas mengirimnya semaumu.
Dan aku sendiri mungkin telah mati rasa kepadamu.
Ah ya biarkan saja, sosok dewasa ini yang sekarang menggantikanmu.
Aku menikmati hari-hari bersama sosok dewasa ini, Ray. Aku mulai mengenalnya lebih dalam. Bukan, bukan karna kami sepasang kekasih yang baru saja menjalin hubungan, karna dia yang mengenalkan dirinya jauh lebih dalam kepadaku.
“jika ada seseorang yang jauh lebih baik dari pangeranmu, apakah kau mau membuka hati untuk laki-laki tersebut?”
Aku terpaku, apakah Ray menyatakan perasaannya kepadaku?. Aku kembali menangis.
“kenapa kau tanya itu? aku masih belum yakin dengan perasaanku saat ini”
“sudahlah jangan di fikirkan kalimatku tadi, aku hanya berandai kan?”
Sore itu aku menyaksikan senja bersamanya, bukan bersama pangeranku lagi.

***

Pangeran, jika aku bisa langsung meminta pada Tuhan aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebut nama. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis itu. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kau menghempaskanku sekeji ini.
Kalau kau ingin tau bagaimana perasaanu, beribu kosakata tidak akan memmpu mendeskripsikannya. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa di jelaskan dengan definisi dan arti, perasaan itu dalam bahkan lebih dalam dari samudra yang kau tahu.
Kadang aku mengira tugasku untuk mencintaimu telah selesai dan aku sangat siap jika masalalumu akan menggantikan tugasku.
Selamat, kamu mendapkan gadis yang seperti bidadari. Teman kecilmu sendiri.
Sudah tidak ada gunanya mungkin jika aku terus-terusan menangisi kisahku sendiri.
Yang ada di hadapanku saat ini hanya sesosok dewasa Ray. Lalu apa perasaannya kepadaku melebihi seorang teman? Ah aku tidak meminta yang lebih dari itu.
Dan sekarang nafasku dan seluruh relungku hanya terisi dengan sosok dewasa itu. Dan aku membiarkannya.
“Bagaimana dengan perasaanmu sekarang Del?”
“Aku merasakan hal yang aneh, lebih ringan”
“Apa kamu bisa memaafkannya?”
“aku belum bertemu dengannya Ray, jadi manabisa aku menjawab apakah aku bisa memaafkan atau belum”
“Jika pangeranmu ingin bertemu, apa kau mau menemuinya?”
Mataku memanas mendengar pertanyaan itu.
“Hahaha, nggak mungkin, dia kan sudah senang dengan perempuan dari  masalalunya”
“Kamu nggak percaya aku?” ekspresinya tiba-tiba berubah.
“entahlah”
***

Ini adalah pelajaran berharga dari Ray, saat aku benar-benar terpuruk dan aku harus menerimanya, suka tidak suka, mau tidak mau. Memaafkan, bersabar dan terlebih lagi belajar menjadi bidadari yang di kagumi oleh semua orang termasuk sang….
Hempasan yang begitu menyakitkan dulu kini hampir hilang, lukanya juga telah mengering. Dan malam ini adalah malam dimana seharusnya hubunganku dengan sang pangeran genap tiga tahun.
Malam ini bahkan terasa lebih ringan dari sebelumnya. Karna aku berhasil, berhasil membakar sosok masalalumu itu hidup-hidup hingga menjadi abu dan lenyap bersama hujan.
Aku tersenyum tipis, iya sekarang aku belajar bagaimana untuk menjadi sosok perempuan seperti bidadari yang bahkan membuat Ray sendiri mengagumiku, bukan hanya Ray saja tapi semua pria pria yang mungkin ingin memberikan cintanya yang tulus kepadaku.
Dan sesuai janji Ray, bahwa pangeranku akan datang malam ini. Aku sendiri tidak tahu menahu apakah mereka saling berhubungan merencanakan hal ini atau hanya tebakan Ray yang asal-asalan.
Rasanya seperti kembali hidup, saat pangeran itu membawakanku setangkai mawar putih yang aku suka. Ah ya ini pertama kalinya selama hubungan kita. Lalu kau kembali menyatakan cintamu kepadaku.
 “maafkan aku ya Del, selama ini nggak bisa jadi yang terbaik untukmu, mau kah kamu menerimaku dan memberi satu kesempatan lagi?”
Aku tidak menjawabnya, melainkan berlari kepelukannya saat itu juga.
Ah, aku menyukainya, aku bahkan melupakan semua masalah kita malam itu, semuanya indah. Tuhan adil. Dan aku percaya Tuhan telah mendengar semua doaku. Tuhan memberi imbalan atas semua kesabaranku ini. Dan Egoku ah dia telah terkubur bersama bangkai masalalu itu dan lenyap bersama hujan.


Minggu, 07 Juli 2013

Hanya Iseng

sudah berapa lama ya tidak ngepost blog ini?
hmm mungkin hampir sebulan, dua bulan atau beberapa bulan?
ah sudah lah toh dunia maya juga tidak ada matinya. selalu ada saja orang-orang yang mengkasesnya. selalu ada saja orang yang membuat akun baru dan selalu saja ada orang yang menghapus akunnya lalu hengkang dari dumay ini.

apa kalian berani taruhan mungkin akan ada manusia yang tahan sebulan, dua bulan, tiga bulan, setahun, dua tahun atau bahkan selama ia menghabiskan sisa umurnya tanpa internet, sosial media, blogger, atau apapun itu yang bertetek bengek "dunia maya" setelah terlebih dahulu ia mengenal dunia maya.
tidak ada, mungkin. paling minim mungkin ngakses google atau intip-intip facebook, twitter, instagram.

manusia yang dulunya tinggal di kota lalu beralih ke pelosok negeri sekalipun tidak akan tahan dengan kehidupan layaknya manusia purba. ponsel mungkin masih ditangan, tapi sinyalnya?. iPod, tablet, mp3, laptop mungkin masih bisa di gunakan. tapi jika listrik disana tidak ada, secara perlahan batrai yang di gunakan oleh perangkat tersebut akan habis. lalu tidak bisa di gunakan sama sekali.

misalnya saja jika manusia tersebut tinggal di suatu pelosok, dimana manusia tersebut harus manjat pohon, naik gunung, manjat atap rumah dulu baru dapat sinyal. maka dengan rela dan tanpa takut sedikitpun dia akan melakukan apapun untuk mendapat sinyal untuk sms, telpon dan bahkan ngintip jejaring sosialnya.

Sabtu, 22 Juni 2013

22 Juni

22 Juni 1995

Seorang bayi kecil itu lahir dari rahim seorang ibu yang luar biasa. Bayi kecil nan mungil itu di lahirkan di gubuknya yang sederhana, setelah 9 bulan beliau mengandungnya. Bayi itu buah cinta pertama mereka, anak yang mereka tunggu-tunggu yang akan mereka banggakan kelak.

Di sudut ruangan itu tergantug sebuah cermin ukuran 30x60, berbingkai kayu yang sedikit jabuk termakn usia. Disanalah terukir nama yang telah di siapkan untuk bayi itu, di ukir dengan spidol hitam dan tidak bisa terhapus “Aulia Azizah Syamsuri” nama itu yang telah di siapkan oleh seorang ayah untuk putrid pertamanya. Yang artinya “Wanita yang perkasa seperti matahari” ya itulah arti nama yang luar biasa tersebut. Tahun ke tahun bayi itu tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja labil dan hingga di tanggal 22 juni 2013 ini.
Banyak yang mengira bayi itu akan sakit-sakitan karena nama yang di sandangnya begitu luar biasa. Tapi tidak dengan bayi ini, dia tumbuh bahkan lebih lincah dan punya ketahanan tubuh yag luar biasa.

Duluu sekali saat aku masih berusia 6 Tahun mama sampai jengah dengan kelakuan nakalku, membawa tupai yang telah mati tertembak oleh senapan bapak, ke rumah tetangga dan menakuti seorang ibu yag tengah hamil. Mama dulu sempat berfikir akan mengganti namaku karena dia yakin nama yang luar biasa itu yang membuat aku menjadi anak yang mucil dan nakal. Tapi bapak menolaknya, beliau lah yang mengarahkan semua kelincahanku, membuatkanku mainan dengan tangannya sendiri agar aku tidak berkelahi dengan anak tetangga, kemudian aku di masukkan ke klub beladiri agar aku tahu bagaimana rasanya di pukul seperti aku memukul anak tetanggaku dulu.

Aku keras kepala, ya bahkan saat mama marah karena aku menjailin adikku sendiri aku tetap tidak mau mendengar, hingga adikku yang masih kecil itu menangis dan aku langsung lari ke kamar dan pura-pura tidur. Ah nakalnya bukan?
Jengah dengan kenakalanku mama menyuruh aku untuk ikut bapak membuat rumah, sekedar supaya aku tidak mengganggu adikku dan agar aku tidak berbuat aneh-aneh lagi, setidaknya aku merasa lebih takut dengan bapakku, ya karena aku keras kepala dan bapak akan marah jika aku tidak mau mendengarkannya.
Setahun yang lalu saat usia genap 17 tahun, aku berada jauh dari rumah bahkan dari pulau tempat aku di lahirkan. Pergi jauh untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi ke kota Makassar. Di pulau yang berbentuk seperti huruf K dalam atlas dunia itu aku melangkah sendiri membawa koperku dengan troli dan menyumbat telingaku dengan headset agar aku bisa mengacuhkan panggilan menggoda dari om-om disana. 22 Juni 2012 pukul 09.00 pagi, bapak menelponku  dan mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 17, seketika itu pula aku menangis, bapak yang dulu dingin yang tidak pernah mengucapkan selamat saat aku ulang tahun tiba-tiba mengucapkannya saat aku berumur 17 tahun dan jauh dari rumah.


22 Juni 2013

Bayi uang dulu di lahirkan di gubuk yang sederhana itu kini menjadi anak perempuan yang kadar kemucilannnya sedikit berkurang, ada seorang laki-laki yang menyayanginya dan selalu menjaganya hingga kenakalannya sedikit berkurang. Ya berkurang walaupun hanya sedikit.
Anak perempuan yang dulu suka berkelahi dengan anak tetangga itu sekarang bisa lebih tenang.
Anak perempuan yang dulu selalu pulang dengan rok merah yang berlumur kapur itu sekarang telah menjadi mahasiswi.

Anak perempuan yang dulu suka membawa tupai mati tertembak oleh senapan ayahnya dan menakuti ibu hamil di samping rumahnya  itu sekarang  lebih senang menjailin laki-laki yang selama hampir 4 tahun ini bersamanya, lebih baik dari pada ibu hamil kan?
Anak perempuan yang dulu sering kena marah karena suka membuat adiknya menangis itu sekarang lebih suka mengajari adiknya pelajaran sekolah walaupun hanya via telpon.


from my beloved besties :*
thx doanya nikma :*

ini dari kak Via :)


ini dari Zura :)


ini dari dek Neli :)

ini dari teman sekamar saya, dia org pertama yang ngucapin loh :*

ini dari jul :D

ini nah katanya sambil joget hahah :D
ini dari dek Uni :)

thx my bro 


Terima kasih untuk teman-teman yang sudah kasih selamat walaupun saya nggak ngecapture satu-persatu :) 



Minggu, 09 Juni 2013

Aku seperti tikus

Kau Tahu..
setiap hari aku selalu membuat beribu alasan untuk bertemu denganmu, tapi kau tidak akan pernah mengetahuinya.
Mungkin, pertemuan kita dulu seperti benang panjang yang tak terlihat. dimana ujungnya berada di teempatmu dan ujung lainnya tanpa sengaja berhenti di tempatku. lalu aku mengikutinya bagitu saja hingga akhirnya kita bertemu, bertatap muka dan mengenal satu sama lain.

Dulu dulu sekali..
saat kau belum hadir, aku hanya melihat dunia dari balik tirai kamarku. Mengurung diri di balik tembok yang tinggi dan agak sempit bahkan  mencari tahu lewat televisi, buku, dan internet.tapi aku merasa nyaman dan aman. Kau bilang aku seperti tikus kecil yang meringkuk di dalam got sendirian, tapi aku tidak pernah peduli..

Sabtu, 01 Juni 2013

Cinta yang agung

... adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya

... adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia

… adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih menunggunya dengan setia.


...  adalah ketika dia menyakitimu berulang-ulang tetapi kamu masih memaafkannya dengan tulus

Kamis, 30 Mei 2013

Happy Birtday to Nikma {}


28 mei 2013
Tepat jam 00.01 dini hari hp gue teriak-teriak nggak keraun di atas meja. Gue liatin tulisannya sambil ngerjapin mata Nikma’s birthday lalu aku diemin tuh hp dan tidur lagi. Paginya sekitar jam 8 atau 9 gue ngirim ucapan selamat ulang tahun ke Nikma.
Rencana awalnya pas sore gue sama temen-temen gue mau datengin rumahnya, ngasih kue, kado dan seember kobokan got. Setelah gue konfirmasi dengan semua temen-temen hasilnya nihil, nggak ada yang bisa alibinya sih sibuk dan blablabla sampe lebaran monyet. Karna gue keburu mandi dan udah siap-siap akhirnya gue ke rumah Rifa temen gue yang punya isi otak sejenis pengen bikin Nikma mendadak kena serang jantung, stroke, lumpuh atau bahkan nangis darah.
Karna acara ritual mandi pake kobokan 7 got nggak jadi gue sama Rifa mutusin buat ke salah satu supermarket yang ada di Samarinda nyari kado untuk Nikma, alhasil kita berdua  mutusin ngasih frame dan isinya kita berlima: gue, rifa, Nikma, Lolla dan Isma dan you know lah kita berlima punya hubungan spesial kayamana.
Akhirnya kita pulang pas udah senja, gegara ngantar Rifa pulang gue nyampe rumah kira-kira pas orang di mesjid udah pada zikiran dan baca doa.

29 mei 2013
Pagi sekitar jam 10 setelah gue dari kampus ngumpul laporan praktikum, gue langsung nyari cake buat Nikma cari yang harganya nggak terlalu mahal karna yang makan paling kita-kita aja. Dan akhirnya gue nemu toko kue hmm namanya stroberi letaknya sekitaran rumah gue lah. Gue masuk ke tokonya dan gue bingung mau beli kue yang mana, soalnya di depan gue ada 3 pintu kulkas gede dan isinya berbagai macam cake, gue buka satu persatu pintu kulkasnya habis itu gue tutup lagi buka lagi tutup lagi sampe mbak yang jaga muyek liatin gue buka tutup dari tadi dan nggak milih satu pun. Terus gue telpon Rifa buat minta pendapatnya dan nggak di angkat. Alhasil gue milih blackforest ukuran sedang, yang di atasnya ada coklat parut dan empat buah ceri entah rasanya enak atau nggak yang di kepala gue Cuma sore ini blackforest itu bakal lenyap di perut gue.
Setelah itu gue pulang ke rumah dan ngasih kabar ke Rifa kalau gue milih blackforest karna gue sendiri bingung mau pilih yang mana. dan gue ngehubungin temen kampus gue buat ikut ngerayain ritual mandi kobokan 7 got itu dengan iming-iming ada blackforest loh gue ngejanjiin mereka dengan kue itu padahal gue sendiri nggak yakin kalau ukurannya pas buat orang yang gue ajakin.
Setelah itu gue sms nikma, buat mastiin dia dimana sore ini, kan kalo dia keluar rumah atau jalan acaranya bakal berabe, oke dia bilang dia mau ke perpus dan seketika itu gue panic gimana cara nyegahnya supaya dia nggak kesana. Akhirnya gue bilang kalo gue pangen ikut ke perpus bareng dia trus gue tanya jamnya dan jam berapa pulangnya. Karna cuacanya mau hujan nikma bilang kalau nggak hujan baru dia pergi ke perpus dan gue mengiyakan aja.
Cuaca emang nggak mendukung banget sekitar jam 4 sore hujan aja awet. Dan setelah Didit emput gue, kita berdua pergi ke rumah Rifa disana sudah ada angga nungguin juga, akhirnya kita cuss ke rumahnya Nikma.
Sebelum sempet nyampe rumahnya kita berenti dulu di depan rumah orang, nyalain lilin entah jumlahnya berapa. Lalu gue dan Rifa jalan kaki tuh ke rumahnya nikma sedang Didit dan Angga dorong motor mereka ke rumahnya nikma supaya nggak kedengeran gitu suara motornya.
Setelah kita ketuk pintunya dan adeknya Nikma yang bukain pintu kita langusng ngambur ke kamarnya. Daan kamarnya gelap lalu gue tarik kesimpulan nih anak lagi galau makanya lampunya di matiin. Setelah kita nyerang kamarnya Nikma kaget bukan main, kita datang dan gue panic karna lilinnya keburu meleleh akhirnya nikma kita buru buat niup lilinnya. Dan ritual mandi kobokannya di batalin.
Lalu nikma keluar kamar dengan wajah merah dan mo nangis, ah tuh gengsi nangis depan kita ahaha.
Lalu dia potong kuenya dan di bagiin kekita. Udah gitu aja ceritanya capke ngetiknya 

Rabu, 29 Mei 2013

Don't make me hate


Aku membenci apapun.
Apapun tentangmu.
Ragamu, nafasmu, baumu, wajahmu, perangaimu. Ah apapun tentangmu aku benci

Selalu..
Selalu kau umbar janjimu.
Selalu kau bawa aku terbang tinggi tinggi tinggi hingga ke ujung cakrawala
Nyaris menyentuh matahari.
Lalu, begitu saja kau hempas, kau buang, kau lempar. Hah sesukamu.
Hey aku ini manusia, manusia berjenis perempuan.
Perempuan yang mempunyai hati.
Hati yang seharusnya kau jaga, bukan kau buang begitu saja.
Bisakah kau bayangkan sakitnya.
Sakit saat kau hempas dari cakrawala hingga ke kolong kakimu.
Bisakah kau bayangkan jika menjadi aku.
Aku yang mungkin hina dimatamu.
Terlalu hina hingga dengan mudahnya kau sakiti sesuka hatimu.
Dulu, dulu sekali kau pernah berjanji..
Masih kah kau ingat janjimu?
Ku harap kau masih ingat

jangan buat aku benci. 
cinta dan benci itu saling berdekatan bukan?

Kamis, 11 April 2013

Edelweiss

Kamu adalah anugerah terindah.
memandangmu saja dulu membuat dadaku terasa pecah.
Penuh debar-debar aneh yang sungguh tak mudah.
Membuatku selalu mencari sosokmu untuk hilangkan resah.

Kini memilikimu...
sungguh anugerah untukku.
Hadiah Tuhan yang istemewa.
yang tak akan pernah kusia-sia.
Kamu sungguh anugerah terindah yang kupunya.

Edelweiss itu abadi.
kau ucap kalimat itu bagai mantra aji sakti.
kalimat yang tertancap begitu dalam hingga melubangi sanubari.
bahkan membuat siapa saja keracunan olehnya.
karena ternyata, cintamu benar-benar abadi 



28 Desember 2009 (:

Selasa, 26 Maret 2013

Dua Puluh Delapan Desember Dua Ribu Sembilan


Ini kali pertama aku jatuh dalam pusaran bernama cinta, apa benar namanya cinta, aku juga kurang tahu persis, karna dalamnya sangat gelap dan pekat. Hanya jika kau menikmatinya maka kau akan melihatnya penuh warna.

Kita punya cerita tersendiri, dibawah hujan, di bawah matahari, di antara kemacetan berbagai kendaraan, di tengah sumpeknya hingar bingar kehidupan kita, diantara ratusan anak-anak SMA dan bahkan di tengah ribuan mahasiswa.

Ini adalah kita berdua, tentang aku dan kamu, tentang kalutnya hatiku dan mungkin hatimu juga. Tentang tawa konyol kita dan yang aku lepas begitu saja di hadapanmu. Tidak ada rasa sungkan yang aku perlihatkan atau ku sembunyikan. Kau tahu mengapa? Ah kurasa kau pasti tau jawabannya. Hujan pun tau apa jawabannya.

Disini tertuang ribuan kisah kita, kisah yang tak pernah mati kecuali ajal atau Tuhan yang berkendak. Kisah yang kita mulai tiga tahun yang lalu, saat kita masih sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu, kisah yang di mulai di tanggal dua puluh delapan desember dua ribu Sembilan itu hingga kini dua puluh enam maret dua ribu tiga belas, tak pernah surut meski kita tahu ego kita kadang menguasi hati.

Untukmu sesorang yang sering memanggilku dengan nama jagoan, shunsine, dek lia, dede atau apapun itu aku terima, dan untukmu hanya satu nama yang selalu aku gelarkan kepadamu “kakak”. Aku harap suatu saat kau akan baca post ini, entah kapan. Mungkin saat postingan ini sudah mulai terkubur dengan post-post lain. Bacalah berulang jika kau mau. Copy paste, capture atau apapun jika kau mau membacanya secara berulang.

Terimakasih untuk semuanya, terimakasih mulai dari dua puluh delapan desember dua ribu Sembilan hingga detik ini.

Aku sayang kamu. 

Minggu, 24 Maret 2013

NAIF


Nikma ada benarnya, saat seperti ini harusnya aku menghabiskan waktu untuk nulis, nyelesaikan novel yg tertunda, ngerjain bahan uts atau sekedar nongkrong di McD untuk sekedar menyantap sundae original yang biasa aku pesan sama.. sebut aja pacarku sendiri.
Hampir seminggu sudah dia berkelana di pulau jawa sana. Bersama adik dan bapaknya sendiri. komunikasi kita susah banget, terkadang dalam satu hari hanya ada satu pesan yang ia kirim ke aku. Lalu bagaimana dengan aku? Aku sendiri sebenarnya muak dengan keadaan ini, sehari seperti seminggu, seminggu seperti sebulan untuk seorang pecandu wangi tubuhnya. Bahkan matahari yang terik begitu benar benar mencibirku, mencibir atas hatiku yang pias. Bukan hanya hati, mukakupun rasanya sudah kaku, tengkukku yang mengeras dan kepala yang terus berdenyut menjengkelkan.

Satu minggu itu hanya aku habiskan dengan kesibukan yang nggak jelas, entah nyari menu diet, baca novel, beli novel, sampai lama-lama di kampus hanya sekedar ngantri absen. Begitu kembali kerumah rasanya seperti ingin meledak, fikiranku sendiri yang mengendalikanku seperti ini, naïf.
Beberapa gelintir orang selalu bertanya kapan ia balik. Hari selasa aku bilang, dengan mimik ceria seolah-olah hari selasa itu sebentar lagi. Kembali naïf.

Hey anak naïf, sedang apa kau malam ini?
Apa kau masih mau menyembunyikan batu besar di hatimu?
Apa kau masih akan bersikap menutupi rindumu, yang entah kapan akan meledak?
Ini bukan masalah rindu, ini masalah ganjal besar di hati. Batin ini bergejolak terus menerus, membuat si pemilik hati selalu menghembuskan nafasnya dengan berat, bahkan hingga orang-orang di sekitarnya terheran-heran. Wajahnya ceria, tapi nafasnya begitu berat seperti ingin mengeluarkan suatu gumpalan besar dari dalam tubuhnya itu.

Sedikit gerakan selalu ada hembusan berat dari nafasnya, langkahnya bahkan agak terhuyun.
Kenapa selalu saja ada sesuatu yang membuat kita berpisah, salah paham, bertengkar, siapa yang perlu di salahkan? Aku? Kamu? Manusia di masa lalu kita? Waktu? Atau takdir? 

Sabtu, 23 Maret 2013

Mendekap Rindu


Hei. empat hari yang lalu aku menatap hujan di persimpangan jalan itu. Aku tau sore itu kamu pergi, hanya sebentar. Mendongakkan kepala dan membuka mataku lebar-lebar, biasanya ada pesawat lewat di atas sini. Lama aku mendongak, menantang langit yang pekat.
Sadar kamu bukan lewat jalan udara, melainkan jalur darat aku marah.
Harusnya aku tidak menantang langit.

Empat hari itu berlalu, aku memakan segala kesibukanku tanpa sisa pagi hingga malam. Entah apa saja yag aku kerjakan. Jika mereka menatap mataku terpancar jelas bagaimana aku mendekap rinduku. Aku biarkan ragaku dan fikiranku tenggelam dalam berbagai hal kesibukan.
Tidak jangan ingat apapun, jangan buka galleri ponsel, jangan baca message apapun darinya secara berulang itu akan memupuk rinduku.

Apa sekarang aku bisa mengatasi gejolak hatiku..
Ku biarkan emosiku mengendap, nanti akan seperti debu, larut bersama hujan.
Bukan jarak yang di persoalkan melainkan waktu, terpaut satu jam dan bisa jadi jarak ada di dalamnya.
Sesulit itukah kamu memberi  kabar? Aku tak butuh gambar-gambar update di adikmu yang dia kirim lewat whatsapp, aku hanya butuh sedikit pesan kabarmu. 

Sudahlah biarkan hari berganti dan berganti, biarkan aku mendekap rinduku, bukannya dulu aku sudah cukup terbiasa dengan kepergianmu, dan sekarng aku perlu menyesuaikan diri lagi seperti dulu, meskipun sekarang aku sudah terlanjur candu dengan kehadiranmu.
Bahkan saat kamu kembali mungkin akan masih aku dekap dengan erat rindu ini.

Sabtu, 16 Maret 2013

Hujan Punya Cerita Tentang Kita




Aku punya sesuatu untukmu, sudah lama kubenamkan untuk mendapatkannya. seonggok kertas, seperti kertas buram.

Diatasnya hanya tertuang tinta hitam sekilas tidak menarik siapapun untuk membuka apalagi membacanya. tapi aku berbeda, aku sangat bernafsu membuka, membaca, melahap habis kata demi kata, kalimat demi kalimat hingga paragraf demi paragraf.
Kisahnya tidak absurd seperti kisah kita. tapi tegas menggambarkan sesuatu yang.. ah seperti kita.
aku ingin kau membacanya, meresapi apa yang ada di dalamnya mungkin cukup mewakili tentang gemuruh hatiku. Pun jika kau memahami kalimat demi kalimat di dalamnya.

Jatuh cinta kepadamu begitu menyenangkan,  seperti meringkuk dalam selimut hangat pada malam yang hujan. seperti menemukan keping terakhir puzzle yang kau susun. Cinta ini sudah berada tepat di tempat yang seharusnya, di ruang hatimu dan hatiku.
Namun, mengapa resah justru merajai kita? Padahal katanya cinta sanggup menjaga. aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan : aku ingin hari depanku selalu bersamamu.

Aku mencintaimu. Selalu.
Dan, mereka tak perlu tahu..




Senin, 11 Maret 2013

Ketika Kamu Mulai Memahamiku


Senja selalu datang saat aku ingin mengeluh, saat aku ingin bersandar menumpahkan kepenatan oleh siang yang begitu panjang, membuat lelah hati bahkan ingin sekali aku berteriak melepas amarahku. Rasanya teduh saat aku menatap senja, siluet oren keemasan itu tak pernah lelah menghiburku. Jangan tanya darimana asalnya, bahkan aku sendiri tidak tau.

Senja,
Dimana saat semua orang harus pergi meninggalkan aktivitasnya yang membuat capek hati untuk pulang ke gebuk sederhana mereka. Saat semua orang bersiap menyambut datang malam yang menjajikan mimpi-mipi pengantar tidur yang indah. Saat dimana ia menjanjikan bintang yang begitu indah, untuk menggantikan matahari yang terkadang membakar semua emosi.

Aku menyukai senja, sangat menyukainya. Biarkan aku menyaksikan siluet itu setiap hari. Jangan tanya apakah aku tidak bosan? Apakah aku tidak jenuh? Aku akan menjawab tidak, jawaban ini akan sama seperti ini jika sepuluh tahun mendatang kalian akan tanya hal yang sama.
Sejak kedatangan seorang laki-laki tiga tahun silam, aku bahkan menjadi begitu melankolis. Terkadang aku ingin memaki senja yang selalu muncul menyilaukan mata. Marah karena satu hari akan berakhir, Terlalu cepat untuk kami berdua.

Siluet keemasan itu marah, saat aku ingin memakinya. Aku tatap dengan mata yang kusam, jangan tenggelam, berbaliklah ke arah timur, aku ingin mengulang hari ini. Tapi bukannya besok masih ada hari lain? Tidak, hari esok akan sangat berbeda dengan hari ini. Buatlah agar tampak sama. Ya tampak sama tapi tidak sama persis rasanya akan lebih absurt. Emosiku dan emosinya akan berubah dalam 12 jam, sudahlah biarkn tenggelam, biarkan aku tenggelam bersama malam, biarkan aku menikmati semuanya dalam mimpi, iya jika aku bermimpi malam ini.

Cerita ini sederhana, sangat sederhana. Jika kamu benar-benar tulus kamu akan paham apa yang aku tuliskan disini. mungkin jika kamu lebih peka lagi tanpa aku tulis kamu akan paham.
Terimakasih kamu yang seperti senja yang mengingatkanku bahwa setelah siang akan datang malam. Waktu dimana aku harus bermimpi untuk kemudian bangun keesokan paginya, mengguratkan senyum kepadamu.

Jumat, 08 Maret 2013

Prolog 3 (Lingkar Matamu..)


Saat aku menatap guratan lingkar matanya, aku sadar ada rasa kagum yang menghampiriku. Aku coba untuk sadarkan diri, mencubit hati agar sadar bahwa dia tak mengenalku.
Kita berbeda, ketenaran kita, pola hidup, pergaulan hingga cara pandang kita tentang arti hidup juga berbeda.

Aku memandang hidup seperti sebuah arena permainan anak-anak, menyenangkan, penuh tawa tak ada beban, tak ada yang perlu di pikirkan selain es krim, cake buatan mama, cokelat dan kentang goreng yang biasanya aku beli di jajanan pinggir jalan. Sedangkan kau memandang hidup jauh lebih spesifik, kau memegang tanggung jawab besar dari keluargamu, kau bahkan menutup diri dan mungkin membenci orang sepertiku, yang memandang entengnya hidup hingga bisa tertawa lepas.

Mungkin hanya kau yang memandang hidup begitu berat, kau dingin, keras dan kaku. Tapi aku tidak membencimu justru aku sangat kagum, aku kagum dengan laki-laki sepertimu, aku ingin kau ada mengajariku arti hidup yang sesungguhnya dan aku juga ingin mengisi kekosongan lingkar matamu.
Apakah bisa aku mengisi kekosongan disana, sedangkan di depan aku menghadapi tembok yang begitu tinggi.
Pemisah antara aku dan kamu

Rabu, 06 Maret 2013


Selamat sore senja di barat, entah ini hari ke berapa puluh ribu, berapa puluh juta atau berapa puluh miliar aku manatapmu di barat sana.
Ronamu merah keemasan, sangat cantik. Hingga semua orang akan melupakan semua masalahnya jika melihatmu.

Hey lihat aku bahkan melupakan masalahku saat aku menatapmu. Apa kamu dapat lihat rona pipiku? Aku sangat-sangat bahagia, karena sorang laki-laki di ufuk barat sana, tubuhnya besar. Aku suka menatap punggungnya, kokoh.
Dulu dia bintang yang susah aku raih, berkhayal akan meraihnya saja aku tak berani, tapi sekarang bahkan saat ini dia selalu ada di sampingku.

Dia bahkan menjadi bintang selalu bersinar saat pandanganku gelap, tidak pernah padam. Dulu sinarnya sempat padam karna rona dari masa lalu berhembus kearahnya, berhembus sangat keras hingga aku dapat tersentak. Saat itu aku sadar kalau aku terlalu menikmati sinarnya bahkan sampai lupa pada apapun.
Brengsek. Aku bisa katakan itu hal terbrengsek yang pernah aku lalui, aku benci hari itu. Hari dimana bintang itu menjelma seperti sebuah gadah besar yang siap menghantamku jika aku lengah sedikit saja. Saat itu aku sadar mungkin kau bintang paling egois yang pernah ada. Kau terlalu egois untuk memaklumiku, kau buka hatimu agar rona masa lalu berhembus dengan lembut ke arahmu kau bahkan menikmatinya. Sedangkan aku menangis dan kedinginan sendiri berharap angin pengertianmu berhembus deras ke arahku.
Aku pesimis saat menatap lurus angka 28 di kalender bulan Desember tahun lalu. Masihkah bertahan tiga tahun? Atau aku sudahi saja, hina sekali jika waktu itu aku memutuskan untuk angkat tangan dan mundur. Tapi nyatanya aku bisa melalui tanggal 28 itu.

Ah sudahlah jangan terlalu memflashbaack cerita masa lalu, terlalu absurd untuk di bahas dan terlalu jenuh kalau hanya terus di ulang, itu hanya masa lalu.
Dan sekarang Maret 2013 aku sering mendapatimu dengan setangkai mawar putih, aku kagum, aku suka, aku sayang, aku cinta.
Aku bahkan hampir lupa dengan masalah yang berhasil menaikkan derajat kita berdua. Aku tatap dengan dalam matamu, nyaris tidak ada lagi bayangan siapapun disana selain aku. Ya, hanya ada aku. Sekarang mungkin aku bisa berbangga hati menjadi masa depanmu, akan aku jaga hingga nanti saat aku sudah cukup matang untuk kamu ambil dari tempat kelahiranku.

Terimakasih senja kamu ajarkan aku untuk lebih dewasa, kamu ajarkan aku untuk lebih memaafkan, kamu ajarkan aku untuk menjadi kuat,kamu ajarkan aku untuk jadi perempuan yang lebih cantik lagi, kamu ajarkan aku untuk tidak pesimis dan kamu ajarkan aku untuk lebih mencintai bintang disana

Minggu, 24 Februari 2013

Aku Sayang Kamu ...

untukmu pembawa mawar ..
terlalu lelah aku berpura-pura di depanmu,
nafasku bahkan hampir separuh jiwaku teramat sangat membutuhkamu.
aku candu.

Bahkan senja disana pun tau
rasa berontak hatiku.
aku tidak ingin bergantung apapun kepadamu.
bahkan cerita yang aku punya sekarang hanya ku simpan sendiri,
mengendap dan membatu.

ah, rupanya aku ini egois.
tidak, aku tidak egois.
aku hanya ingin belajar melepasmu perlahan,
agar suatu hari nanti tidak ada luka yang begitu dalam seperti yang lalu.

Apa egoku terlalu tinggi?
senjapun tau aku sayang kamu,
sangat dan teramat sangat.
Sakit rasanya jika aku mengingat semua kenangan kita
sementara aku harus belajar terbiasa tanpamu,
menyelesaikan semuanya sendiri.

aku masih ingat jelas permintaanmu.
"selalu di samping aku ya"
ya, aku akan di sampingmu hingga nanti,
hingga keputusan itu datang enam bulan dari sekarang
bukannya kamu selalu berdoa supaya aku tetap disini, disampingmu.

Aku sayang kamu.
Dimana pun aku nanti
Rasaku nggak akan berubah.

Selasa, 19 Februari 2013

Segumpal Ego


Rupanya masih saja kau berdiri disana dengan segumpal ego yang tak kunjung terkikis.
Masih sama dengan beberapa tahun yang lalu, saat kau pertama kali bertemu dengannya
Lalu mengapa kau masih berdiri di sampingnya.
Hah, percuma saja jika kau bersikeras berdiri di sini, kau juga tidak akan mengerti binar matanya.
Lalu apa yang kau mengerti, kau hanya mengerti bagaimana memenuhi keegoisanmu.
Kau hanya mengerti bagaimana akan merubahnya seperti yang kau mau.
Tapi kau tidak mengerti begaimana sakit hatinya karena keegoisanmu.

Untukmu,
Sampai kapan kau tancapkan belati tajam itu.
Kau ingin dia mati perlahan
atau hanya sekedar menyiksa tanpa mengharapkan ruhnya tercabut
sudah cukup kau jadikan ia pelampiasan karna keegoisan masa lalumu.
Kau terus saja melihat kebelakang, mencari bayangan masa lalu itu.
Lantas jika kau tidak mendapatkan kembali bayang masa lalu itu, apa yang akan kau lakukan?
Siapa yang akan kau salahkan.
Apakah dia,
Apakah waktu,
Apakah angin atau hujan.

Hey, bicaralah.
Aku benci melihatmu berdiri kaku disitu, tidak bersuara.
Apa sekarang ragamu telah mengeras seperti hatimu,
Aku bilang bicara !
Kenapa kau diam,
Kau benci kepadanya, atau kau hanya kasian menatap binar matanya?
Lalu apa yang kau inginkan.
Tangisannya?
Sudah terlalu banyak air mata yang ia buang untukmu.
Ia tak pernah pamrih mengeluarkannya, untukmu.
Kau harus membayarnya.
Tentu saja kau harus membayarnya, entah dengan cara apa.
Setelah ini, apa yang akan kau lakukan
Apa kau akan tetap diam, kaku seperti patung hiasan ?


Minggu, 17 Februari 2013

Prolog 2 (kamu)


Terkadang rasanya lucu saat aku menatap tajam mata itu.
Ya mata yang menampakkan tatapan halus itu, entah sampai kapan aku akan bertahan menatapnya.
Hanya sekedar menatapnya, tidak lebih. Aku tidak pernah berharap akan mempunyai waktu berjam-jam, berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun untuk menatapnya.

Matanya penuh binar, kadang aku tidak mengerti apa yang ada di balik mata binarnya itu. Hanya sedikit yang aku tau, seperti “aku menantikan seseorang yang tulus kepadaku”
ah, itu hanya sebatas terkaanku saja. Bisa jadi salah atau mungkin bisa jadi benar.

Aku tidak akan memberanikan diri untuk membayangkan bahwa aku akan mempunyai pemilik mata itu, menutup mata dan membayangkannya saja aku tidak berani.
Aku takut jika nanti aku akan terkurung dalam khayalanku sendiri, memberi harga mati pada kehidupanku sudah cukup berwarna ini.

Mungkin suatu saat nanti aku akan berani membayangkannya, memejamkan mataku sebentar dan membiarkan ruhku terbang bersama khayalanku.
Hanya sebentar sebelum aku benar-benar sadar bahwa sudah ada wanita lain di sampingnya …

Minggu, 10 Februari 2013

prolog 1


Bagiku cinta sejati (mungkin) hanya ada di dalam sekumpulan dongeng pembawa tidur anak-anak. 
persis di dalam dongeng Cinderella, mungkin juga ada di dalam dongeng Snow White atau Hulk, atau mungkin hanya ada di dalam kisah cinta antara Romeo dan Juliette.
hanya sebatas fiksi yang dapat di terka bagaimana akhir ceritanya. Mungkin akan berakhir bahagia seperti cerita Cinderella mungkin juga akan berakhir tragis seperti kisah Romeo dan Juliette.
ah, sudahlah itu hanya kepingan pendapatku tentang cinta sejati. 

***
Panggil saja aku Adelia, lebih singkat mungkin dengan nama Adel. Terlalu absurd rasanya saat aku berkenalan dengan seorang pria bertubuh tegap, dan berbadan kokoh. Mempunyai senyum manis, dan air muka yang begitu tenang. Begitu aku mencintainya, sangat dalam. Hingga aku benar-benar mengunci rapat hatiku untuknya. Mengatakan bahwa dia cinta sejatiku, yang memang aku hanyalah gadis polos yang baru pertama kali menjalin kasih saat berumur 19 tahun. Kami hubungan selama bertahun tahun dan mencoba mengerti satu sama lain. Menghabiskan banyak waktu bersama, saling berbagi, merencanakan sesuatu untuk dilalui bersama esoknya.
Naif memang saat cinta yang aku kurung di dalam hati ini berkelebat tak karuan saat sesosok wanita dari masa lalu menyelip diantara kami, sungguh tak dapat aku percaya saat kau mengatakan bahwa kau menyukainya sejak dulu.
“lalu kau anggap apa aku ?” aku membatin.
Aku tidak mendapat penjelasan sedikit pun, siapa dia, dari mana dia, dan mengapa dia hadir diantara kita.
Perlahan aku memahami dialah udara yang selama ini kau cari untuk kau hirup, udara yang dulu lenyap bersama angin, sedangkan aku hanya jeda di antara nafasmu.
Tapi apakah bisa aku menjadi udara yang selalu kau hirup dalam nafasmu …



Kamis, 07 Februari 2013

Bangkai Dalam Bingkai

Biarkan saja masa lalumu terbingkai menjadi bangkai
bangkai yang perlahan membusuk bersama waktu
dan membusuk bersama tanah nantinya.

bukankah kau telah memilih seseorang di pengasinganmu?
ya, pengasinganmu di sebuah tempat yang terpencil

sudahlah jangan kau ingat-ingat lagi bangkai itu
biarkan ia, biarkan membusuk bersama tanah dan serpihan bingkainya

bukankah sesorang yang telah kau pilih sangat menyenangkan?
ia punya banyak kelebihan bukan?

hey, tataplah matanya
lihatlah hatinya, dan pahami.

tapi...
bisakah kau pahami ia?
cobalah pahami.

mungkin ia tidak bisa berkata
ia hanya bisa menulis, menulis apa yang ia rasakan












Samarinda, 7 Februari 2013

Sabtu, 02 Februari 2013

Surprise

selamat malam kertas usang.. 
bagaimana kabarmu?
apa kamu baik?
ahh kamu jelas lebih baik dari aku. 

entah mimpi apa semalam, waktu saya beresin rumah saya liat ada tumpukan surat kabar yang mama bawa dari kantor. kemudian saya buka koran itu, ini memang kebiasaan saya selalu mebaca surat kabar sekalipun itu edisi 2 tahun yang lalu, entah mengapa ada rasa ketertarikan saya dengan kertas berkolom banyak itu walaupun banyak halaman yang warnanya cuma hitam putih. berlembar-lembar saya baca dan di halaman ke 13 seperti di sambar gledek di siang bolong,
 "apa ini, kok bisa dapat darimana tim redaksinya?"
ya tulisan saya yang biasanya hanya saya muat di blog ini entah kenapa tiba-tiba muncul di koran daerah saya ,dan itu membuat saya semakin galau.

hey kenapa bisa, aduuhh dapat darimana lagi tim redaksinya kok gak ada pemberitahuan ke saya? 
sudah berapa banyak orag yang baca, semoga nda ada yg baca pliss jangan baca. 

akhirnya saya tenangin diri, berusaha untuk tidak panik. ambil sisi baiknya berarti jalan untuk jadi penulis sudah sedikit terbuka walaupun hanya sedikit ya sedikit saja gak banyak. walaupun hanya di surat kabar, bukan penerbit besar seperti gagas media. Alhamdulillah :)

saya liat tanggal edisi surat kabar tersebut ahh 20 januari, tepat di ulang tahunnya, seandainya kamu baca tulisan di surat kabar itu..

Sabtu, 26 Januari 2013

You Don't Know


I love this place
But its’s hunted without you
My tired hearth
Is beating so slow

Our hearts sing less than
We wanted , we wanted
Our hearts sing ‘cause
We do not know, we do not know

To light the night, to help us grow
To help us grow
It is not said, I always know

You can catch me
Don’t you run, do’t you run
If you live another day
In this happy little house
The fire’s here to stay

To light the night, to help us grow
To help us grow
It is not said, I always know

Please don’t make a fuss, it won’t go away
The wonder of it all
The wonder that I made
I am here to stay

I am here to stay
Stay

A little house -  Amanda seyfried

****

“Ah cuaca memang semaunya saja, kadang panas dan tiba-tiba hujan deras, persis seperti ….”

Bolehkah aku seperti cuaca yang semaunya saja, semaunya untuk bersikap, berbicara, bahkan semaunya saja untuk menentukan kemana arah hatiku.

gak, aku gak boleh seperti cuaca. Aku gak boleh semaunya saja, akan ada yang sakit nantinya. Bukankah cuaca yg selalu semaunya bisa bikin banyak orang sakit ya, makanya aku gak boleh  kaya gitu

Untuk kamu yang jauh disana, bisakah kamu dengar tangisku?
Aku tidak berharap kamu mendengarnya, karena jika kamu dengar kamu akan merasakan sakitnya juga. Kamu cukup dengar biasannya saja, itupun kalo kamu peka. Aku Cuma ingin sedikit pengertianmu, hanya sedikit tidak lebih. Bukankah kamu selalu meminta pengertianku yang sangat besar dan aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Dan sekarang aku hanya meminta sedikit saja bisakah kamu berikan untuk aku.

Sudah terlalu lelah aku diam, terlalu lelah untuk menahan semuanya. Kamu selalu anggap aku anak kecil bukan? Setiap ocehan panjang lebarku yang aku sampaikan apakah bermakna untukmu. Ahh kurasa tidak aku hanya anak kecil dimatamu.

Pernahkah kamu tatap mataku dalam-dalam? Mungkin tidak, setiap orang yang menatapku dalam-dalam mereka selalu tau apa yang kurasakan, mereka salalu tau apa yang ingin ku sampaikan namun tidak dapat tersampaikan.

Haruskah aku seperti bayi kecil yang terus menangis agar kamu ngerti apa yang aku inginkan. Bukankah aku tipe orang yang sangat mudah ditebak, lalu mengapa dihadapanmu aku sangat sulit untuk di mengerti.  Jawabannya karna kamu gak pernah liat jauh ke dalam mataku, seperti orang asing. Aku cukup paham dengan urusan duniawimu bahkan sangat paham, tapi apakah kamu juga paham dengan aku?
Bukankah aku selalu mencoba untuk menyampaikan hal ini, tapi tak ada tanggapan. ah Aku hanya anak kecil,tak pernah dewasa,  tak perlu di tanggapi, cukup di anggap angin lalu.

Lalu, aku harus menyampaikannya ke siapa. ke Tuhan?
Apakah Tuhan mau dengarkan aku, aku takut Tuhan akan anggap aku hanya anak kecil.
Apakah Tuhan mengerti aku?
Kurasa Tuhan lebih mengerti aku dari pada kamu, karna Tuhan selalu memperhatikan aku.

Tuhan, aku tidak pernah memintamu untuk meringankan setiap beban yang kau kasih ke aku, tapi aku selalu meminta agar aku di kuatkan untuk memikul setiap beban itu…