sebenarnya tulisan ini sudah sangat lama waktu itu usia pacaranku dengan kk yang bernama Didit Satya Prayogi itu 1 tahun 4 bulan dan sekarang saat usia pacaran kami sudah 2 tahun 8 bulan aku baru brani mempublikasikan tulisan ini. tapi inilah kenangan kami waktu itu :D
Tik,tok,
tik,tok,
Jam berdetak
lemah di dinding kelasku. Yang menunjukkan angka 12.45.
“ ngantuk,
kapan kita pulang?” tanyaku kepada vera.
“ sabar Lia, 13.45 kita pulang, tahan sebentar kenapa?” jawabnya
“ iya-iya”
kataku.
Teeeeetttttt.
Bel panjang sekolah pun berbunyi tepat jam 13.45.
“ wooiii,
tahan sebentar” romi ketua kelas member peringatan kepada kami.
“ sore ini
kita akan mengadakan bersih-bersih kelas, jadi di harapkan kepada teman-teman
untuk hadir jam 4 sore” tegasnya
“Ia-ia” jawab
kami.
Setelah Romi
memberikan pengumuman kami langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku
pun segera mengganti pakaianku dan langsung tidur. Tepat jam 4 aku terbangun
dan segera mandi, bersiap-siap akan kesekolah.
“ Mana yang lain, kenapa mereka belum datang” omelku
“ itu lah
mereka, disuruh datang jam 4 pasti datangnya jam 5.
Vera,
sahabatku yang baik, dia selalu setia bersamaku, kami memang mempunyai
kecocokan dalam berfikir.
“ vera, aku
haus, kantin yuk” ajakku.
“ayolah”
jawabnya singkat.
Kami pun
berjalan bersama menuju kantin sekolah, tinggal beberapa langkah lagi kami tiba
di kantin, aku terkesima melihat seorang cowok duduk di depan kelasnya. Sekilas
aku melihat matanya terpancar sebuah kasih sayang yang begitu tulus, wajahnya
pun tampak bersinar, membuat jantungku berdebar, aku salah tingkah dan aku
menyukainya.
“Ver, kamu
tahu cowok yang di situ?” tanyaku.
“yang mana?”
dia balik bertanya
“Itu Loh”
Ujarku sambil menunjuk kea rah cowok itu
“Oh yang itu,
tak tahu saya, kamu suka ya?”
Pertanyaan
itu membuatku semakin berdebar, aku hanya diam.
Aku berusaha
melupakan semua kejadian itu, tapi tak bisa, batinku terus saja meronta, rasa
penasaranku tentang cowok itu semakin bergemuruh.
****
Hari Demi hari kujalani, aku hanya bisa memeperhatikannya dari kejauhan,
aku tak tahu usaha apa yang harus ku lakukan, aku tak tahu pada siapa aku harus
meminta bantuan untuk memulai kerja kerasku menarik simpatinya. Aku sempat
berfikir untuk mundur, “Dia tak mungkin jadi milikku, dia pasti telah menjadi
milik orang lain. Wajah sebening itu, Sinar mata yang tulus itu tak mungkin tak
ada yang memiliki” Pikirku.
Suatu hari saat kami sedang mengikuti Ekskul Taekwondo di sekolah, dan
kebetulan kami satu ruangan dengan anak-anak Silat. Dengan senyum terpaksa aku
hanya bisa mengikuti langkah pelatihku menuju aula sekolah. “kenapa Kita harus
Satu ruangan dengan anak-anak Silat, Itu kan isinya cowok semua” batinku
berujar. Sesampainya di sepan pintu, entah apa yang kurasakan, perasaanku mulai
tak karuan. Aku melihat sosok laki-laki tinggi, aku terkejut sosok itu adalah
dia.
“haa, dia anak Silat?” tanyaku dalam hati
Rasa penasaran itu semakin menggema. Aku ingin tahu namanya dan aku ingin memilikinya. Hingga akhirnya
aku di tegur oleh pelatihku.
“Lia, kenapa kamu tidak konsentrasi, dari tadi tendanganmu tak karuan”
ujar pelatihku.
“maaf sabam, saya kurang fokus disini, karena terlalu banyak orang”
jawabku
“ya sudah kamu istirahat dulu”
Aku pun duduk di lantai sambil meluruskan kaki, sambil memperhatikan
anak-anak yang mengikuti ekskul silat. Saat itu mataku terfokus pada satu
orang, aku memeperhatikan gerak-geriknya.
****
Pada suatu hari aku berhasil mendapatkan data-data tentang dirinya.
Namanya didit Satya Prayogi, Kelas XI IS 1, jabatan di kelas sebagai wakil
ketua kelas, Dia anak SH warga. Tinggal nomor HPnya yang belum ku tahu. Malam
harinya seperti biasa, curhat rutin yang sering kulakukan dengan kawanku
Khusnul. Aku bercerita tentang didit, panjang lebar aku bercerita tentangnya.
Entah ada angin apa khusnul berinisiatif untuk meminta nomor HP cowok itu kepada Masnya. Beberapa
menit kemudian Khusnul mengirimkan nomor HP
cowok itu ke HPku. Aku tak menyangka
kalau ternyata Masnya Khusnul masih satu sekolah dengan kami, namanya Ageng.
Setelah mendapatkan nomor HPnya, aku masih ragu, aku takut dia tak
menghiraukan Pesan singkat yang kukirim. Tapi keraguan itu segera mungkin
hilang, atas desakan Khusnul, akupun mengirim pesan kepadanya.
“Hey, ini benar nomor HPnya Didit
kah?”
“ya benar, aku Didit, Ini siapa ya?” balasnya
“Ini Lia, anak XB” balasku lagi
“Oh, Lia ya, kirain siapa, oh ia maaf mala mini aku harus latihan”
jawabnya
“ya sudah, maaf kalau aku mengganggu”
****
Aku tak menyangka pesan singkat yang kukirim ke dia, menjadi awal mula
kedekatanku dengannya. Hari demi hari
terus berlalu, dia terus saja menghubungiku. Saat itu, rasa sukaku mulai
berkembang menjadi sayang. Tapi kedekatan itu hanya berlangsung selama
seminggu, dia tak ada menghubungi ku lagi. Ingin aku menghubunginya tapi rasa
gengsi yang terus menguasaiku. Dan aku tak pernah melihatnya lagi di sekolah.
Aku berfikir apakah dia tidak sekolah ???, aku berusaha mencari tahu
tentangnya. Kata teman-temanku dia ke Samarinda, untuk mengikuti KEJURDA Silat
selama satu minggu.
Selama satu minggu kami putus Hubungan, Aku hanya sabar menunggu
pesannya. Pada suatu ketika dia kembali menghubungiku, dan aku hanya
membalasnya dengan berkata “Tumben NgeSMS, kira sudah lupa” ujarku. Dan
dia kembali membalas Pesanku “ Maaf beberapa hari ini aku sibuk pertandingan,
jadi tak sempat ngirim pesan ke kamu.
“oh, jangan lupa oleh-olehnya lah” jawabku.
“iya” jawabnya lagi
Beberapa hari kemudian dia pulang. Seperti biasa dia mengirim Pesan
kepadaku.
Pada suatu hari yang cerah, ada sesuatu yang terbesit di fikiranku, aku
ingin membuka aku facebookku karena telah lama aku memebukanya. Dan aku
memperbaharui statusku aku menulis sebuah lirik lagu Especially For You, oleh
MYMP. Banyak sekali komentar-komentar yang masuk. Salah satunya dari dia. Dia
bertanya siapa orang yang aku maksud itu, saat itu aku bingung harus menjawab
apa, aku tidak menjawab pertanyaannya.
Aku berfikir dia telah melupakan status yang ku itu, tapi ternyata tidak,
dia tetap saja bertanya dan bertanya, sampai akhirnya aku keceplosan. Aku
membuka semuanya tanpa sadar, aku mengatakan perasaanku kepadanya. Oh Tuhan apa
yang telah ku perbuat, aku membuka perasaanku kepadanya, “apakah setelah ini
dia masih mau menghubungiku?, apakah besok aku tetap harus kesekolah??,
bagaimana jika aku bertemu dengannya?” hanya itu pertanyaan yang muncul di
benakku. Ternyata benar, pesan yang ku kirim tak lagi di balasnya, hingga malam
harinya dia menelponku. Awalnya aku ingin mengacuhkan panggilan telponnya, tapi
hatiku berkata lain dan aku menjawab penggilan telponnya.
“ Hallo”
“ Hallo, Lia” ujarnya.
“iya, ada apa Dit?” tanyaku
“Aku ingin bertanya masalah tadi siang, apakah kamu serius?” dia balik
bertanya
“Iya aku serius, aku tak mungkin berbohong kepadamu”
“ kalau begitu, apakah kamu mau menjadi kekasih hatiku?” tanyanya
Aku Terdiam, entah apa
yang baru saja ku dengar, dia menginginkan aku menjadi kekasihnya. Seperti
mimpi.
“Hallo Lia?” dia memanggilku dari telpon, seketika itu lamunanku buyar.
“ Bagaimana, kamu mau nerima aku?” tanyanya lagi
“ Ummmm, iya Aku mau nerima kamu” Jawabku
“ terima kasih, jadi sekarang kita udah
jadian nih” ujarnya
“ ya iya lah, aku kan udah nerima kamu” jawabku
sedikit cuek
“ya sudah, kalau begitu kamu belajar dulu, besok kan kita ulangan”
“ Oh iya, lupa saya, ya sudah kalau begitu” kataku
lagi
Tut, tut, tut, telpon
terputus. Aku terdiam menatap layar Handphoneku. Apa yang baru saja terjadi,
apakah aku mimpi. Orang yang selama ini kukagumi telah menjadi kekasihku . aku
masih tak percaya, dia menelponku dan menginginkan aku menjadi kekasihnya, dan
aku menerimanya. Saat itu aku teringat Khusnul, dengan cepat aku menekan
tuts-tuts handphoneku dan mengirim pesan kepadanya, memeberi tahunya bahwa aku
telah jadian dengan Didit. Sama sepertiku, dia pun kaget.
Keesokan harinya, seperti biasa aku berangkat ke sekolah, tetapi ada
sesuatu yang berbeda dengan langkahku, begitu ringan, seolah-olah tak ada yang
membebani, begitu tiba di depan kelas, aku di sambut oleh kawan-kawanku dengan
sebuah senyuman yang tampak berbeda dari biasanya. Dari wajah mereka terpancar
suatu isyarat bahwa aku harus cerita tentang kejadian tadi malam. Mau tidak mau
aku harus cerita kepada mereka. Sebenarnya mereka lebih dulu tahu saat malam
itu juga. Tapi ternyata mereka lebih menginginkan cerita ku.
****
Hari demi hari berlalu, aku menjalani semuannya dengan semangat, sebuah
hubungan yang baru saja ku bangun. Semua karakter maupun perilakunya telah
terbaca. Hingga pada suatu ketika usia pacaran kami 3 bulan dia menghabiskan
semua kesabaranku . Dia pergi ke Tanjung Batu, bersama teman-temannya tanpa
memberitahuku. Aku mengetahui hal itu melalui akun facebookku. Tanjung Batu
yang berjarak kurang lebih 300 Km dari pusat Kota, dan ditempuh selama 2 sampai
3 Jam. Siapa yang tidak Khawatir dengan perjalanan sejauh itu. Aku berusaha
meredam semua amarahku, hingga pada akhirnya kemarahan itu meledak. Dia tidak
langsung pulang kerumahnya, melainkan berjalan-jalan ke Teluk dan lagi-lagi dia
tak memeberi tahuku. Aku marah padanya telpon dan pesannya tak ada yang aku
hiraukan. Satu malam aku mendiamkannya, dia terus saja menghubungiku dan
meminta maaf padaku. Hingga hatiku luluh, aku tidak tega melihatnya menderita,
karena aku menyayanginya. Setelah itu hubungan kami kembali membaik.
Hingga pada suatu sore dia tak membalas Pesan yang kukirim. Hatiku
bertanya-tanya. Sesegera mungkin aku mengirim pesan ke Khusnul, aku meminta
pendapatnya.
“ Mungkin dia lagi sibuk Lia, kamu jangan Negatif tinking seperti itu” ujarnya
“ iya sih” jawabku singkat
Aku menenangkan fikiranku.
Lama aku menunggu balasan darinya. Tiba-tiba Hanphoneku bergetar, ku buka pesan
itu, ternyata dari Khusnul.
“ Lia, kata Masku, Didit berangkat hari senin besok”
Aku tidak mengerti apa yang Khusnul omongkan. Kemudian aku membalas
pesannya
“ Maksudnya Nul?”
“ Didit jadi berangkat ke Samarinda Untuk ikut Olimpiade Olahraga cabang
Silat, Masku yang tak jadi berangkat, tadi masku yang ngirim pesan ke aku”
jawab Khusnul
“ Apa???? Besok, jam berapa?” tanyaku keget
“ Besok jam 9 pagi pesawatnya sudah berangkat” Balasnya
“ Semendadak itu kah?” tanyaku lagi
“ Tadi Masku ngirim pesan, katanya Beben dan Adit yang berangkat, karena
yang di minta pelatihnya 1 tarung dan 1 seni, dan Masku gak bisa Seni” Jawabnya lagi
“ Iya, tapi kenapa mendadak seperti itu” Hatiku mulai teriris
“Sabar Lia, dia pergi hanya beberapa hari, dan dia pergi untuk
bertanding, sebaiknya kamu doakan dia agar dia menang dan pulang bawa Medali
Emas” Jawabnya panjang
Saat itu juga air mataku
menetes membasahi layar handphoneku, aku terisak sendiri. Aku kembali teringat
saat pertama kali kami bertemu, hingga akhirnya kami jadian. Hatiku sangat
berat. Dia akan meninggalkanku, aku berusaha menahan air mataku, tapi tak bisa
air mataku terus saja mengalir, menari-nari di atas pipiku, seakan-akan mereka
tertawa bahwa aku akan di tinggal.
Sekitar jam 10 malam Handphoneku bergetar, tak sabar aku ingin membuka
dan membaca pesan yang baru saja masuk, dari Didit. Dalam pesan itu dia
mengatakan bahwa dia akan pergi besok. Aku membalas pesannya dan berkata “ ya
aku sudah tahu dari Khusnul” air mataku yang telah berhenti mengalir kini
kembali mengalir. Hatiku seolah teriris, aku akan kehilangan dirinya dalam
beberapa hari ini.
Beberapa menit kemudian setelah aku membalas pesannya, di pun menelponku
“ Hallo”
“ hallo sayang, Ummm kamu sudah tahu ya?”
“ iya, tadi Khusnul yang memberi tahuku” Jawabku
“ Oh, besok jam 9 pagi aku berangkatnya, mana belum ngurus berkas lagi,
karena aku baru di beri tahu tadi sore” ujarnya
“ Umm, seperti itu ya?” tambahku
“Suara kamu kenapa?” tanyanya
“ Memangnya suaraku kenapa, biasa saja”
“ ada yang berbeda dengan suaramu, tak seperti biasanya, kamu ngantuk?”
tanyanya lagi
“ ya, aku ngantuk” jawabku singkat.
Aku berusaha menutupi semua keperihan hatiku, menekan suaraku agar dia
tidak tahu kalau aku nangis. Telpon pun putus, aku kembali terisak dalam,
dadaku sesak. Aku butuh seseorang untuk jadi tempat curhatku. Aku teringat
Khusnul, dan melirik kea rah jam weker kecil warna hijau yang terpasang di meja
belajarku. Jam 11 malam “sepertinya Khusnul udah tidur” Pikirku.
Aku kembali teringat akan pertemuan pertama kami, konflik-konflik yang
sering terjadi di antara kami, semua kembali berputar di otakku, aku pun
tertidur.
****
Keesokan harinya tak bisa di sembunyikan lagi, mataku sembab. Pagi itu
aku pergi ke sekolah dengan lunglai, seperti orang tak berniat sekolah., tak
ada senyuman yang keluar dari bibirku. Sesampainya didepan kelas Khusnul
tertawa geli saat melihatku, dia tertawa mataku yang sembab, aku hanya diam
membiarkannya tertawa puas. Pagi itu pula aku benar-benar menunggunya, jam 7.15
bel berbunyi, aku tetap menunggunya menatap kea rah gerbang sekolah. Berharap
dia muncul. Vera yang dari tadi memperhatikanku akhirnya bicara. “ sudahlah Lia
dia tak mungkin dating, pesawatnyakan berangkat jam 9, dia pasti sibuk ngurus
barang-barangnya”. Aku hanya diam tak menghiraukan ucapan Vera, berjalan masuk
ke kelas, duduk manis dan diam.
“ Ya, kamu kenapa, tumben diam biasanya pagi-pagi udah banyak bacot” hampir seluruh isi kelas bertanya
seperti itu. Aku hanya menjawabnya dengan senyum kecut.
Pelajaranpun di mulai, tetapi aku tak focus pada pelajaran. Aku terbawa
dalam lamunanku.
Saat itu Vera yang duduk di sampingku mengagetkanku “Ya, itu didit”
ujarnya.
Aku melihatnya berlari Menuju Ruang Guru dan Ruang Tata Usaha. Untuk
terakhir kalinya sebelum dia pergi.
Aku melirik jam tanganku, jam 09.00, “dia pasti telah pergi, semoga dia
selamat sampai tujuan” gumamku dalam hati. Aku kembali mengikuti pelajaran di
kelas. Bel istirahatpun berbunyi, aku sengaja tidak pergi ke kantin, karena
rasa malasku. Aku lebih memilih hanyut bersama lamunanku. Lamunanku tiba-tiba
buyar saat seorang Cowok memanggilku dari arah pintu, ternyata Ageng dan aku
menghampirinya. Ageng memberiku sebuah coklat, ternyata coklat itu dari Adit
dan sebuah pesan darinya.
“ Semoga Coklat ini dapat menjadi pengobat rindumu selama beberapa hari
aku pergi, dan aku minta maaf kaau aku tak bisa mengantar coklat ini langsung
kepadamu, karena aku tak ada waktu lagi, jam 8.30 aku harus ada di Bandara,
Sekali lagi aku minta maaf dan jaga dirimu baik-baik”. Aku terdiam mendengar
pesan yang disampaikan Ageng kepadaku. Mataku kembali basah, aku tak bisa
membendungnya lagi, air mataku akhirnya tumpah.
****
Aku berusaha untuk tetap semangat
menjalani hari-hariku di sekolah meskipun tiada lagi petugas catat siswa yang
terlambat yang sering memberiku senyuman hangat di pagi hari, saat dirinya
berjalan melewati kelasku menuju gerbang sekolah untuk melaksanakan tugasnya,
rasa rindu itu pun muncul.
Sepulang sekolah aku berlari masuk menuju kamarku, mencari Handphoneku,
memeriksa apakah ada pesan darinya. Ternyata dia tak ada mengirim pesan
kepadaku. Rasa rindu itu kembali hinggap di hatiku. Aku sangat merindukannya,
aku ingat coklat pemebriannya yang belum sempat ku makan, aku pun bangun dari
tempat tidurku, berjalan menuju dapur dan membuka kulkas, mengambil coklat itu.
Sesegera mungkin aku membuka dan melahapnya. Karena rasa lelah aku pun
tertidur, berharap setelah bangun nanti ada pesan darinya yang masuk ke
Handphoneku. Tetapi harapan itu tak ada gunanya. Dia sama sekali tak ada
menghubungiku.
Jam 05.30 sore saat aku pulang dari ekskul sekolah tiba-tiba handphoneku
bergetar, kubuka pesan itu ternyata dari Adit.
“sayang aku Menang, dapat Emas” ujarnya
Aku mengulang bacaanku seolah tak percaya, ternyata benar dia menang,
rasa bangga dan rindu yang sangat dalam bercampur menjadi Satu, kemudian aku
membalas pesannya dan bertanya Kapan dia akan pulang. “Hari Kamis” jawabnya.
****
Hari Kamis, hari yang ku nantikan akhirnya tiba. Akhirnya dia pulang,
membawa Sebuah medali kemenangan, Medali Emas yang selama ini dia impikan, dan
perasaanku, ke dia terus dan berkembang, di dalam hatiku. Wajah yang bersinar
itu dan mata yang penuh dengan dengan kasih sayang tak pernah ku sia-siakan dan
sayangku ini hanya untuk dirinya.
Kumulai mengingat tentang cinta ini
Yang ku jaga selalu untukmu
Terkadang aku salah dan aku lalai
Saat ini aku tuntaskan
Perjalanan ini untuk menemukanmu
Cinta sejati bersamamu
Meski tak selamanya kan sempurna
Kau yang membuat hidupku lebih berarti
Saatku memilihmu.
Tak banyak kata-kata dan cerita-cerita yang
dapat ku tulis tentang kita. Di usia pacaran kita yang telah 2 tahun 8 bulan
ini, banyak sekali yang telah kita lalui bersama senang, sedih semuanya kita
lalui. .
Buktikan ke orang tua kita, kalau kita bisa. Aku harap perasaanmu ke aku akan
tetap sama seperti saat kita jadian dulu 28 Desember 2009. Aku akan nunggu kamu
di sini 8 tahun lagi :))