Dalam diam aku menanti, menanti pesan singkatmu yang sekedar
menyapa, menanti suaramu yang di ujung telponku. Aku masih sangat tau cara
berbicaramu yang cadel itu, khasmu. Menantimu di serambi rumahku hingga aku
ngantuk dan bahkan nyaris tertidur di sana, kemudia kau datang dengan tenang,
membangunkan dan menyuguhiku es buah kesukaanku. Aku menanti semuanya.
Aku tau aku sedikit diabaikan sekarang. Tidak, tidak sedikit
tapi perasaanku bilang aku sangat di abaikan sekarang. Setiap waktu jika aku
mendengar suara mesin motor yang halus, aku selalu mengira itu kau, tapi
nyatanya bukan.
Aku masih menanti dalam diam, bersembunyi di balik malam
mengawasi setiap orang-orang yang lalu lalang di jalanan, berharap salah satu
dari mereka adalah kau. Aku tau aku bodoh, terlalu membiasakan diri bersamamu,
seharusnya tidak seperti itu kan? Tapi aku tidak bisa, waktu yang memaksaku bertumpu
padamu, sekuat apapun aku melawan pada akhirnya aku yang akan kalah.