Halaman

Selasa, 02 Juni 2015

K A R M A

ini tulisan pertamaku lagi di tahun 2015. setelah sekian lama menghilang, setelah sekian lama bertebaran di jalan, di gunung, di pantai dan dimana pun. aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk travelling, mengelilingi kalimantan sebelum aku lulus kuliah. setahun belakangan aku mempermainkan emosiku, marah, diam, nangis, tertawa. permainanku setahun yang lalu sudah tamat, bagiannya akhirnya "gantung" untuk beberapa orang tetapi happy ending untukku. ku singkirkan beberapa pemeran figuran yang kurasa akan mengganggu hidupku kelak. mungkin aku sudah bisa menjadi sutradara untuk beberapa ftv kalau begini ceritanya.

Aku sudah tidak mempermasalahkan siapa-siapa lagi yang ku hadapi,wanita mana, secantik apapun dia, secerdas apapun dia, ah bukan urusanku. setidaknya kalau salah satu wanita itu ingin mengusik hidup bahagiaku, aku tau akan berbuat apa. marah? tidak. hanya akan ku diamkan seribu bahasa, mengamati lalu tertawa. kenapa? karena karma begitu dekat dengan mereka yang menggangu org yang diam.

aku sudah menyaksikannya sendiri, wanita yang dulu mengusik hidup bahagiaku, sekarang mendapat mentah-mentah karmanya. aku hanya bisa berkata "oh" dalam hati. mungkin itu balasan untuk "wanita ketiga yang tersakiti". lalu kemana laki-laki yang katanya dulu akan membelanya, mungkin pergi karena tahu apa yang di lakukan wanitanya itu salah. ya ibarat peribahasa "sepandai-pandainya bangkai di tutup pada akhirnya akan tercium juga bau busukya" that's right. now i believe "karma"

Selasa, 29 Juli 2014

Karena Kamu Keparat !

Entah namanya apa, apakah sebuah permainan atau cobaan. Tapi yang jelas aku menjadi pemeran utamanya disini bersama kamu lelaki yang telah lama bersamaku. Baiklah tapi aku menyebut ini sebuah permainan gilamu.
Iya benar-benar gila, empat bulan menjadi pemeran utama dalam film yang kau sendiri yang membuat alur skenarionya, mungkin..

Aku diam, hanya mengikuti. Ah peranku tidak menarik, menjadi wanita yang tersakiti dan kamu menjadi lelaki yang beruntung, meninggalkan sesuka hatimu, pergi sesuka hatimu, membuang sesukamu lalu kembali sesuka hatimu pula. Awalnya hanya beberapa orang yan memainkannya, ya tepatnya mempermainkan aku. Lebih tepatnya hatiku, hati yang ku jaga, ku basuh, ku lindungi tapi di matamu tidak ada harganya. Bahkan sampai saat ini saat aku menulis kalimat ini, masih ada guratan emosi di setiap sudut kalimat ini. Yaa keybord laptop yang nyaris rusak karena tumpahan emosi di setiap tuts-tutsnya. Sayangnya hanya seperti ini aku bisa menumpahkan semuanya, tidak dengan cacian, makian, juga tidak dengan kekerasa. Hanya lewat tulisan ini, tulisan ini. Dua tahun yang lalu kau membuat kesalahan seperti itu,  aku memakluminya lalu sekarang kau mengulanginya lagi dengan sengaja bahkan lebih sakit dari bantingan keras yang pernah ku terima. Tidak aku tidak menangis, aku hanya terdiam, terdiam memikirkan apa kesalahanku, apa kekurangan hingga kau tega membuangku seperti kaleng kosong, lalu kau tendang sejauh mungkin. Dan tiba-tiba kau datang ingin memungutku lagi. Tega, jahat, kejam, lebih kejam dari apapun.

Jadi salahkah aku mengambil sedikit tindakan dari permainanmu ini, melibatkan beberapa orang lain dalam setiap babak permainan yang kau ciptakan. Aku, aku tidak ingin kalah di beberapa babak, walaupun sakit, sesakit sakitnya. Jika kau benar-benar jeli melihatku kau akan tahu apa yang ada di dalam mataku, rindu yang bercampur dengan kebencian juga sakit. Semuanya kabut dan gelap, bahkan aku merasa seperti bukan diriku lagi. Kau yang membuat semua itu keparat. Itulah hasil karyamu. Tapi bukankah kau sudah merasakan bagaimana berada di posisiku kan? Menarik ulur hati, menjauh lalu mendekat, pergi lalu kembali, seperti itulah yang kau lakukan dua tahun belakangan ini, dan aku hany butuh dua bulan untuk membalik permainan yang kau ciptakan. Cukup membuatmu hancur?


Permainan ini mungkin hanya kita yang mengerti, tanpa member pengertian pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jahatkah aku? Aku bahkan tidak peduli jika aku di sebut sebagai monster yang pandai mempermainkan perasaan seseorang. Aku tidak peduli lagi. 

Minggu, 15 Juni 2014

...

“I’m in love with you, and I’m not in the business of denying myself the simple pleasure of saying true things. I’m in love with you, and I know that love is just a shout into the void, and that oblivion is inevitable, and that we’re all doomed and that there will come a day when all our labor has been returned to dust, and I know the sun will swallow the only earth we’ll ever have, and I am in love with you.”

Sabtu, 31 Mei 2014

someday!

Kau tau mungkin cara move on yang benar adalah dengan meninggalakan tempat menyakitkan itu untuk sementara. Pergi sejauh mungkin  selama yang kau bisa.
Menurutku ini hal yg benar. Aku dari Kalimantan tepatnya di samarinda. Kota yang paling menyakitkan untukku kota tempat orang-orang menyakitiku. Pergi ke jember lalu ke malang.
Dan di Malang aku belajar untuk tetap hidup.
Belajar menatap ke depan, belajar untuk tidak putus asa dari para pendaki Semeru, belajar bertahan di tengah udara dingin Ranu Pane.

Dan membuka mata melihat ke depan bahwa masih banyak yang peduli dengan keberadaanku dan hatiku. Mereka semua bahkan tau bagaimana dinginnya Ranu pane yang menusuk apalagi untuk org baru sepertiku. Mengajak bercengkrama walaupun aku lihat wajah mereka tampak menyeramkan . tapi seperti itulah hidup pendaki.

Rindu, ya aku rindu saat itu.

Dan suatu saat aku akan bergabung bersama mereka, tidak hanya sampai Ranu Pane tetapi Puncak Semeru. Someday!

Minggu, 04 Mei 2014

...

”Cinta itu datang tanpa di undang. Dan itulah yang membuatku takut. Saat datang, cinta menawarkan secangkir kebahagiaan, tetapi di dalamnya terdapat bermacam rasa pahit. kita memang tidak pernah menduga jika suatu saat akan jatuh hati kepada seseorang yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Satu hal yang kutakutkan saat mulai menyukai seseorang: aku tidak siap jika suatu saat rasa sukaku ini tidak terbalas”