mengapa selalu ku tulis sajak
apabila kerinduan tiba-tiba menyerbuku
Mengapa harus sajak, kekasihku, mengapa harus ia
Yang mampu kupersembahkan keadamu
Seandainya sebuah tugas
Maka kuterima ia sebagai tugas
Akan kujalani sampai nyawaku terlepas
Seandainya sebuah sembahyang
Akan kuusir segala bayangan yang datang
Yang selalu mengusik kekhusyukanku
Mengapa selalu saja yang kutulis itu
Apabila pertanyaan-pertanyaan mengepungku
Selalu sajak, kekasihku, mengapa selalu ia
yang mampu meberondongku kepadamu
seandainya sebuah kutukan
maka kuterima ia sebagai kutukan
akan kujalani dengan penuh ketulusan
seandainya sebuah peleburan
telah lama kurelakan seluruh hidupku
menjadi sekedar debu di bawah telapak kakimu.
mengapa selalu kutulis sajak
apabila kesepian benar-benar menghanguskanku
mengapa hanya sajak, kekasihku, mengapa hanya ia
yang mampu kuisyaratkan sebagai satu-satunya
Tulisan Pada Tembok
-Acep Zamzam Noor-