Halaman

Minggu, 24 Februari 2013

Aku Sayang Kamu ...

untukmu pembawa mawar ..
terlalu lelah aku berpura-pura di depanmu,
nafasku bahkan hampir separuh jiwaku teramat sangat membutuhkamu.
aku candu.

Bahkan senja disana pun tau
rasa berontak hatiku.
aku tidak ingin bergantung apapun kepadamu.
bahkan cerita yang aku punya sekarang hanya ku simpan sendiri,
mengendap dan membatu.

ah, rupanya aku ini egois.
tidak, aku tidak egois.
aku hanya ingin belajar melepasmu perlahan,
agar suatu hari nanti tidak ada luka yang begitu dalam seperti yang lalu.

Apa egoku terlalu tinggi?
senjapun tau aku sayang kamu,
sangat dan teramat sangat.
Sakit rasanya jika aku mengingat semua kenangan kita
sementara aku harus belajar terbiasa tanpamu,
menyelesaikan semuanya sendiri.

aku masih ingat jelas permintaanmu.
"selalu di samping aku ya"
ya, aku akan di sampingmu hingga nanti,
hingga keputusan itu datang enam bulan dari sekarang
bukannya kamu selalu berdoa supaya aku tetap disini, disampingmu.

Aku sayang kamu.
Dimana pun aku nanti
Rasaku nggak akan berubah.

Selasa, 19 Februari 2013

Segumpal Ego


Rupanya masih saja kau berdiri disana dengan segumpal ego yang tak kunjung terkikis.
Masih sama dengan beberapa tahun yang lalu, saat kau pertama kali bertemu dengannya
Lalu mengapa kau masih berdiri di sampingnya.
Hah, percuma saja jika kau bersikeras berdiri di sini, kau juga tidak akan mengerti binar matanya.
Lalu apa yang kau mengerti, kau hanya mengerti bagaimana memenuhi keegoisanmu.
Kau hanya mengerti bagaimana akan merubahnya seperti yang kau mau.
Tapi kau tidak mengerti begaimana sakit hatinya karena keegoisanmu.

Untukmu,
Sampai kapan kau tancapkan belati tajam itu.
Kau ingin dia mati perlahan
atau hanya sekedar menyiksa tanpa mengharapkan ruhnya tercabut
sudah cukup kau jadikan ia pelampiasan karna keegoisan masa lalumu.
Kau terus saja melihat kebelakang, mencari bayangan masa lalu itu.
Lantas jika kau tidak mendapatkan kembali bayang masa lalu itu, apa yang akan kau lakukan?
Siapa yang akan kau salahkan.
Apakah dia,
Apakah waktu,
Apakah angin atau hujan.

Hey, bicaralah.
Aku benci melihatmu berdiri kaku disitu, tidak bersuara.
Apa sekarang ragamu telah mengeras seperti hatimu,
Aku bilang bicara !
Kenapa kau diam,
Kau benci kepadanya, atau kau hanya kasian menatap binar matanya?
Lalu apa yang kau inginkan.
Tangisannya?
Sudah terlalu banyak air mata yang ia buang untukmu.
Ia tak pernah pamrih mengeluarkannya, untukmu.
Kau harus membayarnya.
Tentu saja kau harus membayarnya, entah dengan cara apa.
Setelah ini, apa yang akan kau lakukan
Apa kau akan tetap diam, kaku seperti patung hiasan ?


Minggu, 17 Februari 2013

Prolog 2 (kamu)


Terkadang rasanya lucu saat aku menatap tajam mata itu.
Ya mata yang menampakkan tatapan halus itu, entah sampai kapan aku akan bertahan menatapnya.
Hanya sekedar menatapnya, tidak lebih. Aku tidak pernah berharap akan mempunyai waktu berjam-jam, berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun untuk menatapnya.

Matanya penuh binar, kadang aku tidak mengerti apa yang ada di balik mata binarnya itu. Hanya sedikit yang aku tau, seperti “aku menantikan seseorang yang tulus kepadaku”
ah, itu hanya sebatas terkaanku saja. Bisa jadi salah atau mungkin bisa jadi benar.

Aku tidak akan memberanikan diri untuk membayangkan bahwa aku akan mempunyai pemilik mata itu, menutup mata dan membayangkannya saja aku tidak berani.
Aku takut jika nanti aku akan terkurung dalam khayalanku sendiri, memberi harga mati pada kehidupanku sudah cukup berwarna ini.

Mungkin suatu saat nanti aku akan berani membayangkannya, memejamkan mataku sebentar dan membiarkan ruhku terbang bersama khayalanku.
Hanya sebentar sebelum aku benar-benar sadar bahwa sudah ada wanita lain di sampingnya …

Minggu, 10 Februari 2013

prolog 1


Bagiku cinta sejati (mungkin) hanya ada di dalam sekumpulan dongeng pembawa tidur anak-anak. 
persis di dalam dongeng Cinderella, mungkin juga ada di dalam dongeng Snow White atau Hulk, atau mungkin hanya ada di dalam kisah cinta antara Romeo dan Juliette.
hanya sebatas fiksi yang dapat di terka bagaimana akhir ceritanya. Mungkin akan berakhir bahagia seperti cerita Cinderella mungkin juga akan berakhir tragis seperti kisah Romeo dan Juliette.
ah, sudahlah itu hanya kepingan pendapatku tentang cinta sejati. 

***
Panggil saja aku Adelia, lebih singkat mungkin dengan nama Adel. Terlalu absurd rasanya saat aku berkenalan dengan seorang pria bertubuh tegap, dan berbadan kokoh. Mempunyai senyum manis, dan air muka yang begitu tenang. Begitu aku mencintainya, sangat dalam. Hingga aku benar-benar mengunci rapat hatiku untuknya. Mengatakan bahwa dia cinta sejatiku, yang memang aku hanyalah gadis polos yang baru pertama kali menjalin kasih saat berumur 19 tahun. Kami hubungan selama bertahun tahun dan mencoba mengerti satu sama lain. Menghabiskan banyak waktu bersama, saling berbagi, merencanakan sesuatu untuk dilalui bersama esoknya.
Naif memang saat cinta yang aku kurung di dalam hati ini berkelebat tak karuan saat sesosok wanita dari masa lalu menyelip diantara kami, sungguh tak dapat aku percaya saat kau mengatakan bahwa kau menyukainya sejak dulu.
“lalu kau anggap apa aku ?” aku membatin.
Aku tidak mendapat penjelasan sedikit pun, siapa dia, dari mana dia, dan mengapa dia hadir diantara kita.
Perlahan aku memahami dialah udara yang selama ini kau cari untuk kau hirup, udara yang dulu lenyap bersama angin, sedangkan aku hanya jeda di antara nafasmu.
Tapi apakah bisa aku menjadi udara yang selalu kau hirup dalam nafasmu …



Kamis, 07 Februari 2013

Bangkai Dalam Bingkai

Biarkan saja masa lalumu terbingkai menjadi bangkai
bangkai yang perlahan membusuk bersama waktu
dan membusuk bersama tanah nantinya.

bukankah kau telah memilih seseorang di pengasinganmu?
ya, pengasinganmu di sebuah tempat yang terpencil

sudahlah jangan kau ingat-ingat lagi bangkai itu
biarkan ia, biarkan membusuk bersama tanah dan serpihan bingkainya

bukankah sesorang yang telah kau pilih sangat menyenangkan?
ia punya banyak kelebihan bukan?

hey, tataplah matanya
lihatlah hatinya, dan pahami.

tapi...
bisakah kau pahami ia?
cobalah pahami.

mungkin ia tidak bisa berkata
ia hanya bisa menulis, menulis apa yang ia rasakan












Samarinda, 7 Februari 2013

Sabtu, 02 Februari 2013

Surprise

selamat malam kertas usang.. 
bagaimana kabarmu?
apa kamu baik?
ahh kamu jelas lebih baik dari aku. 

entah mimpi apa semalam, waktu saya beresin rumah saya liat ada tumpukan surat kabar yang mama bawa dari kantor. kemudian saya buka koran itu, ini memang kebiasaan saya selalu mebaca surat kabar sekalipun itu edisi 2 tahun yang lalu, entah mengapa ada rasa ketertarikan saya dengan kertas berkolom banyak itu walaupun banyak halaman yang warnanya cuma hitam putih. berlembar-lembar saya baca dan di halaman ke 13 seperti di sambar gledek di siang bolong,
 "apa ini, kok bisa dapat darimana tim redaksinya?"
ya tulisan saya yang biasanya hanya saya muat di blog ini entah kenapa tiba-tiba muncul di koran daerah saya ,dan itu membuat saya semakin galau.

hey kenapa bisa, aduuhh dapat darimana lagi tim redaksinya kok gak ada pemberitahuan ke saya? 
sudah berapa banyak orag yang baca, semoga nda ada yg baca pliss jangan baca. 

akhirnya saya tenangin diri, berusaha untuk tidak panik. ambil sisi baiknya berarti jalan untuk jadi penulis sudah sedikit terbuka walaupun hanya sedikit ya sedikit saja gak banyak. walaupun hanya di surat kabar, bukan penerbit besar seperti gagas media. Alhamdulillah :)

saya liat tanggal edisi surat kabar tersebut ahh 20 januari, tepat di ulang tahunnya, seandainya kamu baca tulisan di surat kabar itu..