“Ketika sebuah kejujuran dipertanyakan,
terkadang kita memilih untuk tetap diam dan tak mengungkapkannya. Tapi, sedalam
apapun kita memendamnya, sebarapa pun jauh kita menyingkirkannya, suatu saat
semua akan tetap terungkap. karena, waktulah yang akan menjawabnya, harapan
yang akan jadi saksi semua peristiwa”
Hari ini terasa sangat melelahkan, semua tak seperti biasanya. Aku duduk
melamun di bangku sekolah dengan membiarkan riuh gaduh dan sedikit celotehan
dari teman-teman sekitarku berlalu tanpa respon hatiku, semua terasa sepi
seakan tak ada suara, senyap, hampa, hanya ada aku dan bayangan sesosok insan
yang pernah singgah di kalbuku. Dia tersenyum indah dan berjalan mendekatiku.
“Tett…tett…tett..tett….” bel sekolah berbunyi keras, menusuk dan masuk ke dalam
gendang telingaku, dan membangunkanku dari lamunan yang indah tentang sesosok
insan yang kuharap kini hanya akan menjadi bagian dari masa laluku. Sesegera
mungkin aku berdiri dari tempat dudukku dan berlalu meninggalkan teman-temanku
tanpa memberikan sebuah “toss” sebagai tanda persahabatan yang memang biasanya
selalu aku berikan pada mereka. Aku berlalu dan berjalan menyusuri ruang-ruang
kelas, aku terus berjalan melanjutkan langkah kakiku menuruni tangga sekolah
tanpa terus menghiraukan kebisingan sepanjang alunan langkah kakiku, ketika
tepat separuh kususuri tangga sekolah, aku mendengar suara yang
memanggil-mangil namaku.
Sebuah suara yang sudah tak asing lagi di telingaku. Suara itu
terasa semakin keras dan mendekat, lalu kuhentikan langkah kakiku dan kucoba
mencari arah sumber suara, dan ternyata benar, dia adalah sosok lelaki yang
memang sudah tak asing lagi bagiku, Reivan. Sosok lelaki yang pernah singgah di
hatiku, sesosok lelaki yang pernah membuatku melambungkan angan dan harap yang
kian melayang, sosok yang pernah membuatku hanyut dalam gelora rindu yang kian
membara, tapi aku harus memendam semua rasa itu, rasa yang tulus dari dalam
hatiku, karena aku harus menerima kenyataan kalau ternyata kini dia sudah
menjadi kekasih sahabatku sendiri.
Dia terus berjalan mendekatiku dengan melemparkan senyum
manis bibirnya dengan hiasan lesung pipi yang membuatnya semakin terlihat lebih
sempurna bagiku. Dan anganku kini mulai melayang jauh, memutar memori kejadian
semalam, saat dia mulai tanyakan perasaan yang pernah ada dalam hatiku
untuknya, sebuah rasa yang tak seorangpun mengetahuinya, yang aku juga tak
mengerti dari mana dia bisa mengetahui itu. Tapi aku harus menyimpannya
sendiri, karena aku tak mau orang lain mengetahui kesedihanku. Mungkinkah dia
pertanyakan hal itu lagi? Lalu, kuputar lagi memori beberapa hari yang lalu,
saat aku harus menjadi orang pertama yang tahu dan menerima kenyataan kalau dia
adalah kekasih sahabatku sendiri. Dan,…. kenapa kini dia harus datang lagi, saat
aku mulai berusaha untuk melupakannya. Sebuah rasa yang pernah aku pendam yang
tanpa seorang pun tahu, termasuk Reivan dan sahabatku mytha.
“ Hai sya..” sapanya dengan sedikit melambaikan tangan ke atas setinggi bahu.
“oh,,ya, hai juga Van” jawabku datar,
“soal pertanyaanku semalam, maaf ya..aku ingin tanya lagi??” Dengan memberikan
bonus senyum manisnya,
“nggak apa-apa” jawabku acuh dengan memulai langkah lagi,
“Sya,kenapa sih kamu bisa mencintai aku,apa yang kau suka dariku??”
“Jangan tanya itu Van, yang hanya perlu kamu tahu kalau itu hanyalah sebuah
masa lalu” aku hentikan langkah kakiku tuk kedua kalinya dengan berusaha
bersikap tegar, berusaha menjawabnya dengan seolah-olah itu memang masa
lalu.dengan sedikit memalingkan wajahku dari tatapan matanya
“Lalu apa maksud kata-katamu dengan sebelum aku tersadar kalau ternyata
persahabatan itu lebih berarti???” tanyanya penuh penasaran dengan nada tinggi
“Belum waktunya kamu tahu itu,! Tapi aku janji, suatu saat kamu akan tahu semua
itu”
“Okey, nggak papa, tapi aku minta kalau kamu juga harus janji ya kalau ini cuma
rahasia kita berdua??” pintanya.
“Okey” jawabku dengan sedikit melihat ke arahnya, lalu ku ulurkan tanganku ke
arahnya dengan menunjukkan jari kelingkingku, dan dia pun juga melakukan hal
yang sama, kami satukan tangan kami sebagai sebuah tanda janji yang nantinya
harus kami tepati. Pandangan matanya melihat tajam ke arahku, seolah-olah ingin
mengetahui segala sesuatu yang saat ini aku rasakan, semua perasaanku terasa
kembali lagi ketika mengucap janji dan menyatukan harapan,, rasa yang selama
ini hanya menjadi angan kosong yang melambung tinggi dan sudah terlalu lama ku
pendam dan harus ku kubur dalam-dalam saat aku tahu dan harus menerima
kenyataan kalau dia sudah menjadi kekasih sahabatku sendiri. Tapi saat ini
semua terasa berbeda, seperti hanya ada aku dan dia, bernaung di bawah tangga
sekolah. Bersatu mengucapkan janji tanpa ada pikiran sedikitpun yang terbesit
kalau dia adalah kekasih sahabatku.
Lalu dengan lekas tapi pasti kulepaskan ikatan tanganku dengannya,
“Aku duluan ya, aku ada janji dengan teman kecilku” ucapku mengalihkan
pembicaraan
“Iya,,hati-hati..” ucapnya
Aku berlalu meninggalkannya dan melanjutkan langkah kakiku menuruni tangga
sekolah yang masih panjang. tapi, perlahan-lahan aku mulai tersadar lagi, kalau
“kini dia adalah kekasih sahabatku, aku nggak harus menaruh harapan padanya,
toh yang dia tahu perasaanku itu sudah menjadi masalalu. Tapi kenapa dia harus
pertanyakan lagi semua perasaan yang sudah sekian lama aku pendam dan aku buang
jauh-jauh ini,kenapa dia harus pertanyakan perasaan itu saat aku sudah mulai
bisa melupakannya”aku terus bergumam dalam hati. dadaku terasa sakit, dia
datang seperti membawa luka lama yang sudah aku obati dengan keteguhan hatiku,
Aku terus bergeming dalam hati, mencoba melupakan lagi semua hal indah
tentangnya dan semua perasaan yang pernah ada.
Tapi aku tercekat,ketika aku melihat sesosok gadis berambut panjang berlari
cepat dari ujung tangga dan berlalu ke arah luar. “jangan-jangan..??” ucapku
lirih dengan perasaan hati yang mulai kacau.Sesegera mungkin ku percepat
langkahku menuruni tangga dan ku kejar gadis itu.tapi langkahnya semakin cepat
dan terus semakin cepat, bersikap dingin dengan semua hal di depannya, dengan
tak menghiraukan siapapun yang berusaha menyapanya. Hatiku semakin kacau, semua
hal indah yang barusaja aku rasakan berubah dengan sebuah rasa gelisah yang
mendalam. Dengan berusaha menghibur hatiku sendiri kupercepat langkahku dan ku
tarik tangannya lalu kugenggam erat-erat, tangannya dingin,dan basah.dia
berusaha menghempaskan genggamanku, tapi kupegang erat-erat tangannya lagi lalu
kucoba peluk tubuhnya sekuat mungkin untuk menenangkan hatinya. Tapi dia
melepaskan semua itu dengan cekat.
“Sya..!!!Lepasin aku!!” bentaknya, dengan lekas melepaskan tangannya dari
genggamanku dengan terlihat butiran-butiran bening yang mulai memenuhi kedua
sudut matanya.Nafasku terasa sesak, tubuhku terasa lunglai, dia begitu kasar,
tak pernah sekalipun dia bersikap seperti ini padaku sebelumnya.menyakitkan!!
“Tha…tolong dengerin semua penjelasanku dulu” ucapku penuh iba
“Udah Sya, nggak ada yang perlu dijelasin lagi, aku sudah tahu semuanya..”
“Tha, tapi apa yang kamu lihat tadi tak seperti apa yang kamu fikirkan…”
“ lalu apa..??? apa yang ingin kau jelaskan!!!! Aku nggak nyangka ternyata di
belakangku kau seperti itu” ucapnya dengan menunjuk kan jari telunjuknya tepat
ke arahku
“Tha aku bisa jelasin semuanya, aku nggak mau persahabatan kita hancur Cuma
gara-gara ini!!” tambahku dengan suara yang lirih, mencoba mengambil hatinya,
tapi rasanya semua hanya sia-sia
“Kau tahu apa yang aku fikirkan sekarang??? Aku kecewa denganmu dan lebih baik
kita seperti ini!! Nggak akan pernah ada kata persahabatan lagi diantara
kita.!” Ucapnya semakin keras, akhirnya kudengar juga kata itu dari mulutnya,
sebuah kata yang sangat aku takutkan dan tak pernah kuharapkan keluar dari
mulutnya. Dia segera berlalu tanpa mengucapkan kata apapun lagi, berlalu
meninggalkaku dengan semua egonya. Aku tetap berdiri dan diam membatu dengan
tetesan air mata yang mulai berjatuhan, hatiku terasa sakit, jiwaku terasa
hilang, semua kebahagiaanku kini terasa terbang dan melayang jauh..
Persahabatanku harus retak hanya gara-gara kesalahpahaman yang tak mudah tuk
dimengerti satu sama lain.apa aku salah kalau aku mencintai orang yang ternyata
kekasih sahabatku???
Satu minggu lebih sudah berlalu, rasanya hari-hariku kelabu. Tak ada kata
semangat seperti biasa yang selalu aku tanamkan dalam jiwaku setiap kumemulai
hariku. Perlahan-lahan persahabatanku merenggang, tanpa ada kata maaf
sedikitpun terucap dari mulut mytha,, yang ada hanya sikap acuh yang
seakan-akan tak pernah mengenalku.tapi ku kuatkan hatiku, kucoba tuk
memulainya. Aku berjalan menghampirinya, yang berdiri tepat di bawah pohon yang
rindang di taman sekolah,lalu kumulai membuka mulutku tuk ucap kata permintaan
maaf, dia berusaha menghindar tapi kuraih tangannya,
“Tha…coba lihat kalung ini,” pintaku dengan menyodorkan sebuah kalung dengan
hiasan liontin sepasang dolphin
“ini tanda persahabatan kita tha….nggak hanya itu, ini adalah saksi bisu semua
janji kita”
Dia tetap tak menghiraukanku, dan tetap berusaha melepaskan genggamanku
“selalu percaya, setia dan peduli…itukan janji yang pernah kita ucapkan!!aku
nggak mungkin menghianati janji kita tha…”
Mytha mulai memandangku, dan menatap erat-erat mataku, mencoba mencari
ketulusan tentang semua yang aku ucapkan.
“maafin aku Sya…” jawabnya dengan suara lembut
Terlihat butiran-butiran bening memenuhi sudut matanya, lalu perlahan-lahan
jatuh dan membasahi pipinya.
“nggak seharusnya aku bersikap kayak gini ke kamu hanya karena cowok, aku baru
sadar kalu nilai persahabatan lebih berarti” ucapnya dengan penuh penyesalan,
Sesegera mungkin kupeluk tubuhnya yang mungil itu, terasa tetesan air mata membasahi
pundakku dan air mataku juga tak tertahan lagi dan mulai berjatuhan. Kami
terhanyut dalam sebuah penyesalan, teringat akan semua kebersamaan, tersatukan
oleh kepercayaan dan janji yang pernah terucapkan.
Aku lebih baik memendam semua perasaan ini dari sahabatku, dan perlahan-lahan
ku kubur lagi dan kubuang jauh-jauh hingga akan menjadi sebuah rahasia hanya
antara aku dan perasaanku.
Waktu terus berlalu, kini semua telah berubah, semua ketegangan telah
terlewati, Berganti dengan suasana bahagia dan ceria dari semua kawan-kawanku,
termasuk aku. Karena hari ini akan menjadi hari bersejarah dan hari yang akan
terkenang indah dalam hatiku dan semua temanku. Karena hari ini kami akan
diwisuda setelah hasil ujian kami dinyatakan lulus semua. Semua tampak
mengabadikan moment yang hanya akan terjadi seumur hidup sekali ini, berebut
mengabadikan foto kenangan bersama teman-teman dan guru idola mereka. tapi aku
masih teringat akan janji yang pernah aku ucapkan, tepatnya satu tahun yang
lalu. Saat dimana ku harus menyimpan sebuah kejujuran yang sebenarnya ingin aku
ungkapkan
“Reivan….yah..”ucapku bergeming dalam hati.
Kubuka sebuah saku kecil yang ada di dalam ranselku, terlihat sebuah amplop
berwarna biru yang masih tertutup rapi, masih terlihat sama seperti dulu,
berisi goresan tinta tentang apa yang aku rasakan saat aku menuliskannya. Hanya
saja sedikit kusam karena tertindih buku-buku yang selalu bergantian mengisi
tas ranselku yang sempit, kuambil amplop itu dan aku genggam erat-erat.
Kulihat sekelilingku, pandangan mataku berhenti saat aku melihat sosok yang
dulu pernah mengucap janji di bawah tangga sekolah bersamaku, Reivan.Aku
berjalan mendekatinya dengan perasaan yang sudah berbeda. Dia melihat ke arahku
dan keluar dari kelompoknya kemudian berjalan mendekatiku.
“Aku cuma ingin menepati janjiku dulu van,” ucapku dengan menyodorkan amplop
berwarna biru yang sudah hampir satu tahun menginap di dalam ranselku.
“Apa ini sya..??” tanyanya,
“Aku pernah mengucap janji padamu, dan semua itu ada di dalam surat ini”
Reivan mulai membuka amplop berwarna biru itu, dan saat itu juga aku berlalu
meninggalkannya menuju mobil yang sudah hampir satu jam menungguku di depan
gerbang sekolah.
Untuk reivan,,
Saat kau membaca ini, satu tahun sudah berlalu,,tapi aku tetap ingin menepati
janjiku.yang kemarin kita ucapkan di tangga sekolah. Aku tahu sebenarnya ini
berat, karena aku harus membuka lagi luka lama yang sudah aku pendam. Tapi,
saat kau baca ini, semua perasaan itu sudah berubah, meskipun aku menuliskan
apa yang aku rasaan saat ini, aku memang masih menyimpan semua rasa itu, tapi,
kau tak pernah tahu itu. tapi saat kau baca ini semua rasa itu telah
berubah,berubah layaknya gumpalan asap yang dihempaskan oleh sang bayu hingga
terbang jauh ke angkasa dan berubah menjadi rintikan air hujan.aku memang
mencintamu, tapi aku lebih mencintai sahabatku,mytha.aku memang
menyayangimu,tapi aku juga menyayangi sahabatku. Meskipun semua itu harus aku
ungkapkan dengan menyakiti diriku sendiri dengan mengorbankan apa yang aku
cintai untuknya karena dia juga mencintaimu seperti aku yang mencintaimu.
Terimakasih telah mengajarkanku tentang ketegaran, terimakasih telah
mengajarkanku arti pengorbanan, dan terimakasih sudah pernah menjadi orang yang
mengisi kekosongan hatiku..terimakasih……..raih impianmu,dan dapatkan sosok yang
lebih baik dariku. Kini, saat kau baca ini, kau telah menjadi bagian dari masa
laluku….
Salam dariku,
Raisya Ayu
Aku langsung membalikkan tubuhku dan
berlalu meninggalkannya menuju mobil yang sudah berjam-jam menungguku. Lalu
perlahan-lahan mobil yang ku kendarai berjalan dan berlalu meninggalkan kampus
tercinta yang penuh dengan banyak cerita, tawa, canda, ceria, tangis semua
menyatu. Tapi semua itu terasa menjadi kenangan terindah ketika ku mulai
berlalu meninggalkannya. kubuka buku dairyku untuk mengisi halaman terakhir
yang kini juga akan menjadi penutup masa akhirku di SMA. Dan kutulis dengan
tulisan besar bertinta merah “selamat tinggal reivan,,selamat tinggal
masalaluku,,Aku datang masa depan, kan kuraih impianku” lalu kututup buku
dairyku dan kumasukkan ke dalam tas dan kunikmati perjalanan meninggalkan
kampus tercinta bersama semua kenangan yang kini telah tertulis rapi di buku
harianku