Untukmu sahabat kecilku, saudaraku dan juga tetanggaku. Ria
Marhayati
Aku tahu mungkin kamu nggak tahu kalau aku punya blog.
Tempat aku nulis semua yg ada di hatiku, lama aku menulis tapi baru kali ini
aku tuang tentang kamu.
Rumah kita hanya beberapa meter hampir menyatu tapi masih
ada ruang yang agak luar di ujung dapur
kita.
Masih ingat dengan jelas waktu kita masih sama-sama balita,
TK,SD, SMP. Kita hanya berdua. Main berdua, makan berdua, turun sekolah berdua,
jalan berdua.
Jarak di antara kita mulai tercipta saat kita pisah SMA. Aku
milih masuk SMA Negeri dan kamu memilih masuk sekolah kejuruan.
Disini kamu mulai mengenal dunia luar. Intensitas main kita
semakin berkurang sedikit demi sedikit dan akhirnya dalam 1 tahun pun bisa di
hitung berapa kali kita bertemu. Hanya sekedar menyapa, say hello lalu semua
berlalu. Seperti baru kenal dan baru bertemu. Canggung
Aku bahkan melihatmu seperti orang asing bagiku, semua
berubah semakin asing.
Tidak ada lagi ketawa terbahak-bahak hingga seluruh RT mendengar,
tidak ada lagi curhatan tentang blahblahblah yang tidak penting tapi bagi kita
itu penting. Tidak ada lagi belajar bareng. Tidak ada lagi smsan dengan cowok
yang sama. Tidak ada lagi menguntit anak sekolah sebelah bersama. Tidak ada
lagi belanja bersama. Tidak ada lagi pulang bimbel bersama dimana kamu rela
nunggu 2 jam demi nunggu aku yang masih ada jam bimbel padahal kamu sudah
selesai. Tidak ada lagi tetek bengek ini itu yang melibatkan kita berdua.
Bahkan saat suatu kecelakaan yang membuat gips tertanam
rapih di tanganmu aku masih merasa asing. Merasa asing di depanmu. Kamu masih
sahabat kecilku kan?
Aku akui aku seperti merasa perlahan tersingkir dengan
ratusan bahkan ribuan teman-temanmu di luar sana. Dan aku masih sama. Anak
rumahan yang nggak boleh keluar malam.
We had 1000 memories ya’. Bahkan lebih
Aku harap kita bisa main bareng lagi walaupun nggak se
intens dulu
***
Hei bocah berkepang dua. Aku rindu kamu
Bertemu seperti baru kenal. padahal disini, di hati ini ada
rindu yang benar-benar dalam.
Bolehkah aku memaki waktu?
Waktu saat kita mulai terpisah.
Atau memaki orang-orang yang merebutmu dariku?
Orang-orang yang membuat aku mulai tersingkir bahkan hilang
dari pandanganmu.
Membuat aku seperti bayangan hitam yang tidak perlu di cari.
Aku berusaha mencari penggantimu, tapi hati ini menolaknya.
Hingga aku terbiasa memendam. Berteman dengan sepi juga
malam.