Dulu sekali, saat aku begitu bodohnya. Aku pernah merasakan
sakit di hati, merasakan bagaimana rasanya di khianati, bagaimana rasanya saat
hatimu di remukkan oleh orang yang bertahun-tahun kau cintai. Oleh orang
yang bertahun-tahun bersamamu, mengisi setiap
rongga nafasmu bahkan hingga ke ujung alveolusmu.
Menghujam hati dengan besi yang begitu kerasnya hingga
lebam, lebam yang tidak akan pernah hilang kecuali, mungkin oleh waktu. Aku
memilih memaafkannya, memberikan kesempatan kedua. Jalan cerita yang hanya ada
di novel-novel yang aku baca, memaafkan pria yang benar-benar yang telah
membuat dingin sekujur tubuhku, vonisnya dia menyukai wanita lain.
Mungkin jika dulu aku bersikap sama seperti wanita
kebanyakan, pergi meninggalkannya berlabuh ke pria lain, aku akan kehilangannya
dan menyesali perbuatan bodoh itu seumur hidupku. Dan langkahku berbeda, aku
memaafkannya, berusaha berjibaku dengan si masalalu dengan keyakinan bahwa aku
adalah pemenangnya.
Entah bagaimana kelanjutannya, aku merasa hati yang lebam
ini mulai tersembuhkan, kadang ada saja hantaman ringan disana sedikit agak
sakit rasanya, tapi pilihanku yaitu bertahan dengan segala kemampuanku, kembali
dan terus berjibaku melawan dan berharap jadi pemenang. Aku tidak pernah
bertanya sampai kapan aku akan selalu begini. Tidak ada lelah yang kurasakan
Aku sangat senang jika aku bisa melakukan sesuatu yang
berguna untuknya, apapun. Bahkan jika orang-orang diluar sana mencaci
kebodohanku, mungkin aku di butakan oleh cinta. Ya aku memang di butakan oleh
cinta.