Halaman

Senin, 10 Februari 2014

Aku Buta Oleh Cinta

Dulu sekali, saat aku begitu bodohnya. Aku pernah merasakan sakit di hati, merasakan bagaimana rasanya di khianati, bagaimana rasanya saat hatimu di remukkan oleh orang yang bertahun-tahun kau cintai. Oleh orang yang  bertahun-tahun bersamamu, mengisi setiap rongga nafasmu bahkan hingga ke ujung alveolusmu.
Menghujam hati dengan besi yang begitu kerasnya hingga lebam, lebam yang tidak akan pernah hilang kecuali, mungkin oleh waktu. Aku memilih memaafkannya, memberikan kesempatan kedua. Jalan cerita yang hanya ada di novel-novel yang aku baca, memaafkan pria yang benar-benar yang telah membuat dingin sekujur tubuhku, vonisnya dia menyukai wanita lain.

Mungkin jika dulu aku bersikap sama seperti wanita kebanyakan, pergi meninggalkannya berlabuh ke pria lain, aku akan kehilangannya dan menyesali perbuatan bodoh itu seumur hidupku. Dan langkahku berbeda, aku memaafkannya, berusaha berjibaku dengan si masalalu dengan keyakinan bahwa aku adalah pemenangnya.

Entah bagaimana kelanjutannya, aku merasa hati yang lebam ini mulai tersembuhkan, kadang ada saja hantaman ringan disana sedikit agak sakit rasanya, tapi pilihanku yaitu bertahan dengan segala kemampuanku, kembali dan terus berjibaku melawan dan berharap jadi pemenang. Aku tidak pernah bertanya sampai kapan aku akan selalu begini. Tidak ada lelah yang kurasakan

Aku sangat senang jika aku bisa melakukan sesuatu yang berguna untuknya, apapun. Bahkan jika orang-orang diluar sana mencaci kebodohanku, mungkin aku di butakan oleh cinta. Ya aku memang di butakan oleh cinta.